Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Madju: La Nyalla Figur Pimpinan Yang Kuat

By Suryo Wahono - Senin, 26 Januari 2015 | 13:40 WIB
La Nyalla Mahmud Mattalitti (Balon Ketum PSSI)
Fahrizal Arnas
La Nyalla Mahmud Mattalitti (Balon Ketum PSSI)

PSSI harus tetap dipimpin oleh figur yang kuat, yang mampu mendukung dan membawa organisasi sepakbola nasional ini bersifat mandiri. Tokoh olah raga nasional Madju Dharyanto Hutapea mengemukakan hal itu, Senin (26/1) di Jakarta. 

Menurut Madju, diantara cabang olahraga anggota KONI Pusat, PSSI saat ini termasuk yang sudah mampu mandiri karena tidak menggantungkan diri pada bantuan dana KONI Pusat, bahkan pemerintah atau Kemenpora.         
"Keberhasilan PSSI membangun kantornya sendiri dengan biaya mencapai hampir Rp13 miliar, termasuk yang patut diapresiasi. Di tengah hujatan pemerintah, PSSI tetap berkarya. Ini harus dihargai," ungkap mantan karateka nasional, pengurus organisasi Inkai, PB Forki, dan pernah berkecimpung di sepak bola itu.      
Menurut penyandang Dan VIII Internasional itu, sebagai olahraga yang paling memasyarakat, PSSI sesungguhnya sangat layak memperoleh perhatian yang berlebih dari pemerintah. Khususnya, dalam hal bantuan dana untuk lebih menunjang pencapaian program kerjanya. 
Ironisnya, sepengetahuan Madju, dari anggaran olahraga sebesar Rp 2.9 Triliun, tak ada kucuran dana spesifik bagi otoritas sepak bola nasional.                "Uniknya, justru pemerintah yang sepertinya kebakaran jenggot ketika hasil dari program pembinaan PSSI masih belum sesuai dengan harapan?. Menurut saya, pemerintah harus bersikap lebih realistis," ujar Madju Dharyanto Hutapea.                                
Tokoh olahraga yang mengaku secara khusus juga sangat menyukai sepak bola itu, menegaskan pula, kedepannya PSSI membutuhkan figur pemimpin yang kuat, mandiri dan siap berkorban. Dari pengamatannya, figur kepemimpinan yang kuat, mandiri, dan rela mengorbankan segala sesuatunya ditunjukkan oleh La Nyalla Mahmud Mattalitti. 
"Saya kira. La Nyalla sudah berjuang sangat keras untuk menyatukan PSSI tempo hari," ucapnya. Namun demikian, Madju yakin enerji La Nyalla belum terkuras habis setelah menyelesaikan konflik internal di organisasi sepak bola nasional tahun lalu.       
"Masa empat tahun di depan adalah saat-saat penentuan untuk mendongkrak prestasi. Kesempatan dan tantangan besar itu layak diberikan kepada La Nyalla," tutur Madju, yang kini juga berkiprah di organisasi Muaythai Indonesia.                                
Kendati demikian, menurut Madju, disamping dipimpin oleh figur ketua umum yang kuat, mandiri, dan siap mengorbankan waktu, tenaga dan dana, komunitas sepak bola nasional juga wajib hukumnya untuk memilih jajaran Komek PSSI lainnya yang profesional, berintegritas, memiliki kemampuan, dan mampu berinteraksi dengan baik dengan seluruh 'stakeholders' sepakbola nasional, regional dan global.                                

Menurut Madju, di antara cabang olah raga anggota KONI Pusat, PSSI saat ini termasuk yang sudah mampu mandiri karena tidak menggantungkan diri pada bantuan dana KONI Pusat, bahkan pemerintah atau Kemenpora.         

"Keberhasilan PSSI membangun kantornya sendiri dengan biaya mencapai hampir Rp13 miliar, termasuk yang patut diapresiasi. Di tengah hujatan pemerintah, PSSI tetap berkarya. Ini harus dihargai," ungkap mantan karateka nasional, pengurus organisasi Inkai, PB Forki, dan pernah berkecimpung di sepak bola itu.      

Menurut penyandang Dan VIII Internasional itu, sebagai olahraga yang paling memasyarakat, PSSI sesungguhnya sangat layak memperoleh perhatian yang berlebih dari pemerintah. Khususnya, dalam hal bantuan dana untuk lebih menunjang pencapaian program kerjanya. 

Ironisnya, sepengetahuan Madju, dari anggaran olahraga sebesar Rp 2.9 Triliun, tak ada kucuran dana spesifik bagi otoritas sepak bola nasional.

"Uniknya, justru pemerintah yang sepertinya kebakaran jenggot ketika hasil dari program pembinaan PSSI masih belum sesuai dengan harapan?. Menurut saya, pemerintah harus bersikap lebih realistis," ujar Madju Dharyanto Hutapea.                

Tokoh olahraga yang mengaku secara khusus juga sangat menyukai sepak bola itu, menegaskan pula, kedepannya PSSI membutuhkan figur pemimpin yang kuat, mandiri dan siap berkorban. Dari pengamatannya, figur kepemimpinan yang kuat, mandiri, dan rela mengorbankan segala sesuatunya ditunjukkan oleh La Nyalla Mahmud Mattalitti. 

"Saya kira. La Nyalla sudah berjuang sangat keras untuk menyatukan PSSI tempo hari," ucapnya. Namun demikian, Madju yakin enerji La Nyalla belum terkuras habis setelah menyelesaikan konflik internal di organisasi sepak bola nasional tahun lalu.       

"Masa empat tahun di depan adalah saat-saat penentuan untuk mendongkrak prestasi. Kesempatan dan tantangan besar itu layak diberikan kepada La Nyalla," tutur Madju, yang kini juga berkiprah di organisasi Muaythai Indonesia.                             

Kendati demikian, menurut Madju, disamping dipimpin oleh figur ketua umum yang kuat, mandiri, dan siap mengorbankan waktu, tenaga dan dana, komunitas sepak bola nasional juga wajib hukumnya untuk memilih jajaran Komek PSSI lainnya yang profesional, berintegritas, memiliki kemampuan, dan mampu berinteraksi dengan baik dengan seluruh 'stakeholders' sepak bola nasional, regional dan global.                                


Editor : Ary Julianto
Sumber : BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X