tanda keretakan justru menganga di tubuh badan sepakbola dunia itu. Senin (11/6), Sekjen Urs Linsi menanggalkan jabatan setelah berselisih dengan sejumlah pejabat senior di organisasi tersebut.
Keputusan Linsi untuk mengundurkan diri sejalan dengan tidak diperpanjangnya kontrak kerja mantan bankir berusia 55 tahun itu.
Sejumlah orang dalam yang menolak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa Linsi memang sudah mulai menghitung hari di Zurich sejak timbulnya percekcokan dengan sejumlah Direktur FIFA dan juga dua anggota Komite Eksekutif, Jack Warner dan Chuck Blazer.
FIFA hanya mengeluarkan statement singkat soal hengkangnya pria yang mulai menjabat sejak Desember 2002 menggantikan Michael Zen-Ruffinen itu. Lima tahun lalu, Zen-Ruffinen mundur setelah menuduh Blatter korupsi.
“Dr Urs Linsi telah memutuskan untuk mencari tantangan di tempat lain,” demikian bunyi pernyataan resmi FIFA. “Untuk itu, FIFA mengucapkan terima kasih kepada Urs Linsi atas pencapaiannya selama periode lalu, khususnya restrukturisasi keuangan di otoritas tertinggi sepakbola dunia dan juga pembangunan kantor pusat FIFA.”
Direktur Keuangan Markus Kattner untuk sementara akan menjadi pejabat interim menggantikan Linsi hingga pertemuan Komite Eksekutif FIFA pada 27 Juni. Saat itulah baru akan ditentukan siapa penerus Linsi. Jika memang dianggap perlu, Komite Eksekutif bisa pula mengubah struktur organisasi.
Blunder
Linsi konon memang tak begitu disukai di antara sesama petinggi FIFA. Tapi, hubungannya dengan para pengurus menjadi semakin hambar ketika ia bersitegang dengan Jack Warner soal skandal tiket Piala Dunia 2006, yang melibatkan putra dari Wakil Presiden FIFA tersebut.
Warner, yang merupakan pendukung loyal Blatter, konon marah besar kepada Linsi saat skandal tersebut terungkap. “Saya terkejut dengan nada bermusuhan Anda,” kecam Warner ketika itu. “Saya juga tak suka dengan ancaman-ancaman Anda yang sungguh tidak patut.”
Linsi memang kerap membuat blunder selama menjabat sebagai sekjen sejak lima tahun silam. Pada Kongres FIFA di Maroko dua tahun silam, ia membuat panpel lokal merasa sangat kecewa lantaran menerbangkan 60 staf katering untuk menu makanan dari Eropa.
Para pejabat lokal merasa terhina karena seolah-olah Linsi ingin mengatakan bahwa makanan di Maroko tak memenuhi standar. Ironisnya tomat yang didatangkan dari Jerman sebetulnya ditanam dan dibudidayakan di Maroko.
(Penulis: Barry Manembu)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | Jumat 15 Juni 2007, BOLA Edisi No. 1.732 |
Komentar