Adu jotos antarpemain jelas bukan merupakan bagian dari kurikulum atau program latihan klub. Namun, tetap saja insiden perkelahian sesama rekan ini masih mewarnai perjalanan klub maupun timnas. Khusus di Primera Division musim ini, sudah ada tujuh kasus.
Duel Diego Forlan melawan Marcos Senna, yang sama-sama berseragam Villarreal, awal pekan ini merupakan contoh teranyar dari perseteruan tak sehat di antara teman satu klub. Keduanya bentrok hebat selama dua menit sebelum akhirnya dilerai rekan-rekannya.
Amarah Forlan tersulut oleh tekel keras Senna saat keduanya berlatih bareng personel The Yellow Submarines lain di Ciudad Deportiva del Villarreal, Selasa (5/6). Bomber Uruguay ini langsung menendang lutut Senna karena sebelumnya merasa telah diganjal dengan keras sebanyak dua kali.
Senna tampak tak menerima sepakan Forlan. Eks gelandang El Matador keturunan Brasil itu pun berdiri, mendorong, dan kemudian menonjok muka top scorer Villarreal tersebut. Luapan emosi lantas meletus dan mengarah pada jual-beli pukulan.
“Kejadian seperti ini selalu terjadi dalam dunia sepakbola. Semua sudah berlalu dan kami pun lebih tenang. Segalanya telah kembali normal,” kata Senna, dalam konferensi pers setelah kejadian itu. “Ini sangat memalukan, tapi kami sudah berbaikan,” timpal Forlan.
Jawaban klasik! Ya, dalam lima kasus sebelumnya, yang melibatkan beberapa personel La Liga, pihak yang berseteru pasti akan memberi komentar serupa. Alasan mereka tak jauh dari faktor emosi sesaat.
Berkilah memang gampang. Namun, jika kejadian terus berulang, berarti ada masalah besar di balik kata-kata nan menyegarkan itu.
(Penulis: Sapto Haryo Rajasa)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | Jumat 8 Juni 2007, BOLA Edisi No. 1.730 |
Komentar