The beauty, the passion, the pain, the joy, and the tears; This way! This way to the real home of The FA Cup final. The FA Cup final, a place for players to become heroes. Welcome home!
Jargon-jargon yang menghiasi berbagai sudut The New Wembley itu menjadi penegasan di sinilah segala sejarah final FA Cup semestinya. Sejarah pun memilih Chelsea! The Blues menjadi klub pertama yang menjadi juara di Wembley setelah enam tahun pentas final absen di sini karena stadion dirombak.
Chelsea merebut gelar juara setelah di final menghentikan Manchester United 1-0 lewat gol yang dicetak Didier Drogba saat perpanjangan waktu, Sabtu (19/5). Uniknya, Chelsea terakhir kali juara Piala FA pada 2000 juga di Wembley. Ketika itu The Blues mengalahkan Aston Villa 1-0 melalui gol Roberto Di Matteo.
Selama tiga tahun ditangani Jose Mourinho, Chelsea berarti mampu merebut semua gelar yang ada di sepakbola Inggris. Skuad Roman Emperor meraih juara Premiership 2004/05 dan 2005/06, Carling Cup 2004/05 dan 2006/07, Community Shield 2005, serta FA Cup 2006/07. Tahun lalu, Mourinho melemparkan medali juara Premiership kepada pendukung The Blues, tapi kini medali Piala FA dijaganya. “Saya tidak ingin melemparkannya. Ini sangat bermakna. Ini Piala FA dan ini yang pertama bagi saya. Artinya saya meraih semua gelar di sepakbola Inggris dalam tiga tahun bersama klub,” katanya dalam konferensi pers.
“Para pemain pantas mendapatkannya karena ini adalah musim yang sulit. Ini adalah momen bagi semua untuk enjoy dan kami pantas menikmati liburan dengan gelar ini. Saya kira kami bermain sangat baik dan para pemain memahami rencana kami untuk pertandingan ini.”
Sir Alex Kecewa
Sebaliknya, Sir Alex Ferguson menyindir provokasi yang dilakukan Mourinho sebelum pertandingan. Mourinho dalam beberapa hari memang selalu meminta wasit untuk hati-hati terhadap diving dan pemain yang diserangnya adalah Cristiano Ronaldo. “Saya kira tekanan Jose Mourinho kepada wasit berhasil dan saya kecewa akan hal itu.”
Sir Alex juga menyebut United semestinya mendapat tendangan penalti ketika Ryan Giggs dihadang Michael Essien saat perpanjangan waktu. “Itu penalti. Lalu kiper juga memindahkan bola dari belakang garis gawang. Saya kira penjaga garis memang pada posisi sulit, tapi wasit semestinya pada posisi lebih baik”.
Giggs sendiri lebih mempertanyakan bola yang sudah masuk gawang. Ia menyebut bola yang ditangkap Peter Cech sudah melewati garis gawang sehingga semestinya menjadi gol. “Sangat jelas melewati garis. Saya juga merasa dalam posisi siap menendang dan tiba-tiba kaki dilanggar. Tapi, saya lebih mempertanyakan gol, bukan soal penalti.”
Dilemanya, Giggs, yang jatuh meluncur, turut mendorong Cech, yang sudah menangkap bola sehingga posisi Cech lebih masuk ke gawang. The beauty, the passion, the pain, the joy, and the tears memang tak bisa lepas dari Wembley.
(Penulis: Yudhi Febiana)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | BOLA Edisi No. 1.725, Selasa 22 Mei 2007 |
Komentar