Carlo Ancelotti mengalami puncak kesuksesan pada tahun lalu. Ia turut mempersembahkan gelar Copa del Rey, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Klub. Berikut adalah lanjutan dari petikan wawancara Ancelotti seperti dikutip dari situs resmi FIFA.
Anda telah menangani tim-tim raksasa semacam AC Milan, Chelsea, PSG, dan kini Real Madrid, dengan tekanan memenangi gelar juara di setiap musimnya. Bagaimana cara Anda menghadapi tekanan seperti itu?
Bagi seorang pelatih, hal paling krusial adalah seberapa dekat Anda dengan para pemain. Anda mungkin memiliki beragam taktik dan strategi tapi sesungguhnya merekalah yang mempraktekkan di atas lapangan.
Bila Anda memiliki hubungan harmonis dengan para pemain, mereka tentu bakal menjalankan segala instruksi secara baik. Jadi, itulah bagian tersulit dalam melatih klub raksasa.
Di Real Madrid, Anda mendapatkan tuntutan menang di setiap pertandingan, begitu pula saat melatih PSG. Namun, seluruh tim memiliki target masing-masing, entah itu menghindari degradasi atau menjuarai Liga Champion. Saya kira pelatih manapun punya problem serupa.
Seandainya diwajibkan memilih, manakah momen terbaik Anda di 2014 dan mengapa Anda memilih momen itu?
Saya pikir poin kunci keberhasilan Madrid musim lalu adalah kemenangan atas Barcelona di final Copa del Rey. Kendati begitu, momen terindah tentu saja partai final Liga Champion di Lisbon, di mana kami sukses mencapai predikat la decima alias gelar ke-10.
Di final, Madrid mengalahkan Atletico Madrid yang dilatih Diego Simeone. Bagaimana penilaian Anda tentangnya?
Simeone mengalami musim yang luar biasa. Dia memiliki sentuhan ajaib. Berkat karakter dan determinasinya, Atletico sanggup menjelma sebagai klub papan atas Spanyol. Untung saja mereka tak memenangi Liga Champion. Hahaha.
Tapi tetap saja Simeone telah membawa perubahan besar terhadap Atletico dan mengantarkan klubnya melaju hingga ke partai puncak.
Editor | : | Indra Citra Sena |
Sumber | : | Harian BOLA |
Komentar