an, Jerman dikenal sebagai tim yang identik dengan sistem permainan 3-5-2 dan variannya seperti 5-3-2. Kunci permainan mereka ada di dua bek sayap dan seorang bek tengah dengan peran sebagai libero.
Pemain seperti Lothar Matthaeus atau Matthias Sammer terlihat menonjol di sentral pertahanan dengan sistem tersebut.
Sejak Piala Eropa 1996, Jerman mulai sering mengubah sistem menjadi yang lebih umum saat itu seperti 4-4-2. Mulai 2004, Jerman selalu menggunakan sistem empat bek.
Bahkan sejak pertengahan 2009, Jerman hampir selalu menggunakan sistem 4-2-3-1. Die Panzer juara dunia pada 2014 dengan sistem tersebut.
Namun, ada yang berubah dalam tiga laga terbaru Jerman.
Pada pekan pertandingan internasional November 2014, Jerman kembali menggunakan sistem tiga bek seperti di era 1990-an.
Ketika menghadapi Gibraltar di Kualifikasi Piala Eropa 2016, Jerman tampil dengan 3-5-2 dan menang 4-0. Di laga uji coba kontra Spanyol yang berujung kemenangan 1-0, Tim Panser juga menggunakan sistem tiga bek: 3-3-3-1
Di laga terbaru, yakni kontra Australia (25/3), Jerman juga bermain dengan sistem 3-5-2.
Pelatih Joachim
Loew mengaku memang ingin membuat uji coba dengan sistem tersebut.
Loew menyebut dirinya mencoba belajar dari
Cili dan
Italia.
Kedua tim tersebut belakangan konsisten dengan sistem tiga bek. Cili bersama Jorge Sampaoli menggunakan skema dasar 3-4-3, yang bisa berubah menjadi 3-3-3-1. Permainan La Roja sangat agresif nan ofensif
Italia bersama Antonio Conte mantap memakai 3-5-2. Sistem tersebut membuat Conte mendominasi Serie A bersama Juventus sejak 2011/12. Pertahanan
Italia sejauh ini terlihat lebih solid
“Italia bermain dengan sistem tiga bek kaku. Di sisi lain, pelatih
Cili ingin dua bek sayap sangat agresif,” kata
Loew kepada stasiun televisi Jerman ZDF.
“Anda harus punya pilihan apakah Anda ingin bermain ofensif atau tidak. Kami ingin membuat perubahan kecil dari sisi taktik. Kami merasa belakangan lawan bermain lebih defensif ketika bertemu Jerman. Kami butuh solusi,” ucap
Loew lagi.
Demi mempelajari sistem tiga bek tersebut,
Loew sampai mengirim kepala departemen scouting timnas Jerman, Urs Siegenthaler, guna menyaksikan laga
Cili vs Iran (26/3) dan Bulgaria vs
Italia (28/3).
“Cili bermain sangat fleksibel. Cara bermain mereka merupakan hal yang bisa kami pelajari,” ujar
Loew. (gun)
Jerman vs Gibraltar 4-0
3-5-2
1-Neuer; 2-Mustafi, 17-Boateng, 15-Durm; 11-Bellarabi, 6-Khedira, 18-Kroos, 19-Goetze, 10-Podolski; 13-Mueller, 23-Kruse
Spanyol vs Jerman 0-1
3-3-3-1
12-Zieler; 16-Rudiger, 2-Mustafi, 4-Hoewedes; 7-Rudy, 6-Khedira, 15-Durm;, 13-Mueller, 18-Kroos, 8-Volland; 19-Goetze
Jerman vs Australia 2-2
3-5-2
12-Zieler; 14-Badstuber, 4-Hoewedes, 2-Mustafi; 16-Bellarabi, 21-Guendogan, 6-Khedira, 8-Oezil, 3-Hector; 19-Goetze, 11-Reus
Pemain seperti Lothar Matthaeus atau Matthias Sammer terlihat menonjol di sentral pertahanan dengan sistem tersebut.
Sejak Piala Eropa 1996, Jerman mulai sering mengubah sistem menjadi yang lebih umum saat itu seperti 4-4-2. Mulai 2004, Jerman selalu menggunakan sistem empat bek.
Bahkan sejak pertengahan 2009, Jerman hampir selalu menggunakan sistem 4-2-3-1. Die Panzer juara dunia pada 2014 dengan sistem tersebut.
Namun, ada yang berubah dalam tiga laga terbaru Jerman.
Pada pekan pertandingan internasional November 2014, Jerman kembali menggunakan sistem tiga bek seperti di era 1990-an.
Ketika menghadapi Gibraltar di Kualifikasi Piala Eropa 2016, Jerman tampil dengan 3-5-2 dan menang 4-0. Di laga uji coba kontra Spanyol yang berujung kemenangan 1-0, Tim Panser juga menggunakan sistem tiga bek: 3-3-3-1
Di laga terbaru, yakni kontra Australia (25/3), Jerman juga bermain dengan sistem 3-5-2. Laga ini berakhir imbang 2-2
Pelatih Joachim Loew mengaku memang ingin membuat uji coba dengan sistem tersebut. Loew menyebut dirinya mencoba belajar dari Cili dan Italia.
Kedua tim tersebut belakangan konsisten dengan sistem tiga bek. Cili bersama Jorge Sampaoli menggunakan skema dasar 3-4-3, yang bisa berubah menjadi 3-3-3-1. Permainan La Roja sangat agresif nan ofensif
Komentar