Permasalahan di timnas, termasuk program pengiriman pemain usia muda untuk melakukan pelatnas jangka panjang di luar negeri menurut Subardi adalah ide kuno. Mantan manajer PSS Sleman itu mengaku tidak akan mengulangi program yang menurut Subardi, hasilnya nihil.
“Belajar dari pengalaman dulu ada program Garuda, Primavera, Barreti sampai yang sekarang SAD. Hasilnya? Minim. Ini hal yang menarik karena selalu diulang meski gagal melulu. Mengapa? Itu cuma proyek saja. Ada yang mendapat keuntungan dari program itu. Yang kasihan yang keluar uang banyak,” kata Subardi.
Program semacam itu menurut Subardi hanya menguntungkan sebagai sebuah proyek bagi segelintir orang saja. “Bila bukan proyek mengapa selalu dilakukan karena ada yang untung. Bukankah lebih baik mengirim pemain usia dini untuk dititipkan ke klub-klub Eropa seperti di Inggris, Italia, atau Prancis. Suatu saat nanti, mereka pasti bermain di salah satu klub di Eropa. Biarlah mereka berkembang di sana. Saat ada pelatnas, mereka baru dipanggil,” ucap Subardi.
Ia pun mengaku sudah memiliki beberapa program unggulan untuk timnas. “Saat masih di PSSI, pada 2005, saya pernah menyusun blue print sepak bola nasional 2020. Rancangan dalam blue print itu bisa diteruskan demi sepak bola yang berprestasi,” tutur Subardi.
Namun ia juga butuh pendamping untuk melakukan program besar itu. Oleh sebab itu Subardi mengaku butuh tandem yang sejalan guna mewujudkan ambisi dan cita-citanya.
“Obsesi saya ini tidak bisa dikerjakan sendirian. Karena itu saya berkolaborasi. Saya membangun komunikasi dengan lima calon ketua umum lain. Kami membangun persepsi yang sama untuk sepak bola ke depan. Bila salah satu menjadi Ketua Umum, yang lain mendukung. Konsep kami mengarah pada perbaikan untuk sepak bola nasional,” ucap Subardi.
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | Gonang Susatyo |
Komentar