2019, Subardi datang dengan membawa sejumlah visi. Pria asal Yogyakarta ini mengaku sudah memiliki sejumlah ide-ide baru dan obsesinya mewujudkan mimpi lama yang belum terwujud.
“Sebagai orang bola, saya memiliki obsesi. Indonesia itu mempunyai market terbesar nomor dua setelah Tiongkok. Peluang ini harus membuat sepak bola kita berprestasi. Persoalannya, sepak bola kita tidak kunjung berprestasi. Sepak bola kita menjurus pada pragmatis, dipolitisasi dan sejenisnya. Ini berbahaya bila mereka yang mengelola sepak bola nasional tidak berpegang pada an sich sepak bola atau memikirkan sepak bola murni,” kata Subardi.
Sesungguhnya, bagi Subardi, tak masalah orang sepak bola berlatar belakang politik. Subardi pun mengaku menjadi salah satu anggota Partai Nasional Demokrat (Nasdem). “Itu menjadi dinamika. Tapi kalau sudah masuk, sepak bola jangan dipolitisasi. Harus fokus pada sepak bola,” tutur Subardi.
Subardi mengaku memiliki banyak pengalaman saat sepak bola dipolitisasi. Kondisi itu menciptakan jurang pemisah antara politisi yang menjadi pengurus PSSI dengan politisi yang menduduki jabatan di pemerintahan. Hal itu membuat PSSI menjadi tak sehat.
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | Gonang Susatyo |
Komentar