4-2. Kebiasaan itu coba diubah Ivan Kolev. Selama masa pelatnas di Stadion Sempaja, Samarinda, Ponaryo Astaman cs. harus beradaptasi dengan pola gres 4-3-3, yang kurang begitu diakrabi sebelumnya.
Dalam uji coba akhir pekan lalu melawan Samarinda Selection (7-0) dan Pra-PON Kaltim (2-0), Kolev menerapkan pola yang populer dipakai tim-tim Belanda.
Begitupula saat menjajal Persiba Balikpapan (0-1), Rabu (23/5). Hasilnya dinilai belum memuaskan. Para pemain belum terlihat belum menyatu karena selama di kompetisi mereka terbiasa bermain dengan sistem 3-5-2 dan 4-4-2.
Hanya sebagian kecil pemain yang memahaminya. Sebut saja Boaz Solossa, yang sempat ditangani Kolev saat di Persipura. Begitu juga Atep, yang bergabung dengan timnas Pra-Olimpiade, yang memainkan sistem serupa saat melakoni pelatnas jangka panjang di Negeri Kincir Angin.
“Pada dasarnya sistem ini tak terlalu sulit dimainkan. Lama-lama kalau dibiasakan juga in,”
ungkap Boaz Solossa.
Bermain Agresif
Kolev sendiri punya alasan kenapa memilih pola tersebut. Dengan menumpuk tiga penyerang, eks pelatih Myanmar tersebut ingin timnas bermain agresif di Piala Asia.
“Secara kualitas kami memang tim dengan kualitas terendah dibanding ketiga kontestan lain. Tapi, bukan berarti karena kami takut lantas mengusung pola permainan bertahan saat menghadapi mereka. Sebagai tuan rumah, kami harus menunjukkan jati diri,” jabar Kolev.
Memang pola menyerang tersebut mengundang konsekuensi. Pengorganisasian pertahanan dituntut lebih solid menjaga areanya. Para pemain berupaya memahami keinginan sang mentor. “Sebagai pemain profesional, kami harus konsekuen mengikuti keinginan pelatih. Baik Kolev maupun Peter punya gaya masing-masing,” jabar Ismed Sofyan, bek sayap.
(Penulis: Ario Yosia)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | Jumat 25 Mei 2007, BOLA Edisi No. 1.726 |
Komentar