Pada Rabu (11/3), Harian BOLA diberi kesempatan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk bertemu Tiffany Sahaydak (37), legenda sepak bola wanita AS, di Jakarta.
Semasa aktif bermain, Tiffany, yang bermain sebagai gelandang, sukses menggondol medali emas Olimpiade 1996 dan kampiun Piala Dunia Wanita 1999.
Prestasi tersebut jelas bikin Tiffany bangga mengingat sepak bola di AS kala itu kalah populer dari american football. Sepak bola juga tidak awam dimainkan secara profesional oleh wanita.
Lantas, apa penyebab Tiffany memilih sepak bola?
"Saya hanya sangat mencintai sepak bola. Ayah saya yang memperkenalkannya karena dia orang Inggris. Saya punya tiga kakak lelaki yang senang bermain. Mereka, termasuk ibu saya, sangat mendukung," ucap Tiffany yang berada di Indonesia bersama suaminya yang juga mantan pesepak bola, Tim Sahaydak.
Sebelum memutuskan menjadi pesepak bola, apa Tiffany tidak cemas bahwa orang menilainya tidak feminin?
"Tidak. Bermain sepak bola bukan berarti Anda tidak boleh mengikuti perkembangan fesyen. Saya masih suka fesyen, senang memakai kosmetik. Peduli amat memiliki tubuh berotot. Toh, saya bertemu jodoh saya berkat sepak bola," kata eks kapten timnas wanita AS ini sembari memeluk suaminya.
Editor | : | Theresia Simanjuntak |
Sumber | : | Harian BOLA (Penulis: Theresia Simanjuntak) |
Komentar