Misi Erick Thohir untuk membawa Inter kembali berjaya di Italia dan Eropa terus mendapatkan ujian berat.
Taipan asal Indonesia yang menduduki jabatan Presiden Inter sejak 2013 itu, kini dihadapkan dengan fakta bahwa klub miliknya tengah terseok-seok di Serie A. Hingga pekan ke-25, Il Biscione (Si Ular Besar) masih berkutat di posisi sembilan klasemen.
Penderitaan Inter bukan hanya soal aspek teknis. Sejak membeli 70 persen saham Inter dari Massimo Moratti, Thohir punya pekerjaan rumah untuk memperbaiki catatan finansial klub.
Manajemen Moratti meninggalkan rapor merah di neraca keuangan klub. Dalam tiga musim terakhir, Inter mengalami defisit sebesar 180 juta euro atau setara 2,6 triliun rupiah.
Angka kerugian itu sudah melampaui batas plafon yang tertuang dalam regulasi Financial Fair Play (FFP) UEFA pada periode pengawasan 2014/15. Badan regulasi sepak bola Eropa itu mengatur bahwa setiap klub hanya boleh menanggung kerugian sebesar 45 juta euro dalam tiga musim (2011/12, 2012/13, 2013/14).
Bukan hal yang aneh jika sejak September tahun lalu, Inter terus mendapatkan pengawasan dari UEFA. Kabar yang berembus menyebut bahwa Inter akan mendapatkan sanksi dari UEFA pada awal pekan mendatang.
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA |
Komentar