Dua kasus besar kini tengah dipelototi Komisi Disiplin PSSI. Selain kasus Najamudin Aspiran, yang diintimidasi para pemain Arema, minggu lalu, kasus laga Persib kontra Persija juga dalam pantauan.
Pesta besar yang dirayakan Persib, yang akhirnya bisa menang 3-0 atas Persija setelah tak pernah menang sejak 1996 alias sebelas musim, dipastikan akan berbuntut panjang. Pasalnya bus yang mengangkut pemain Persija terus diteror pendukung Persib. Akibat lemparan bobotoh, kaca bus pecah dan mengenai tangan salah seorang petugas keamanan.
“Untunglah tidak mengenai Atep, pemain nasional kita. Tapi, tak cuma itu, petasan dan kembang api yang disulut juga nyaris mengenai Ismed Sofyan,” jelas H. Susanto, manajer Persija. Padahal barang tersebut jelas diharamkan menurut Manual BLI. “Sekarang terserah kepada pengawas pertandingan untuk melaporkan masalah ini ke Komdis,” terang Santo.
Teror itu, menurut Santo, untungnya tak membuat pemain Persija ketakutan. “Mereka malah enjoy dengan situasi yang menurut saya tak seharusnya terjadi di sepakbola,” ungkap Santo. Tindakan brutal pendukung Persib ini sepertinya akan memicu balasan serupa jika Maung Bandung bermain di Stadion Lebak Bulus pada putaran kedua.
“Terlepas dari insiden itu, ini kemenangan bersejarah bagi Persib karena harus menanti lebih dari sepuluh tahun untuk mengalahkan Persija,” kata Suwita Pata, kapten Persib.
“Kami akan lihat dulu laporan yang masuk soal ini. Kami juga masih menanti laporan soal intimidasi wasit Najamudin oleh pemain Arema. Ini kami anggap serius meski terjadi di luar lapangan,” kata Togar Manahan Nero, Ketua Komdis.
Cuma Insiden Najamudin sendiri membenarkan adanya insiden kecil dalam badan pesawat Lion Air itu. Termasuk penurunan dengan paksa dirinya dan beberapa perangkat pertandingan, seperti Dwi Purwanto (PP/Klaten), Saada (wasit cadangan/Makassar), dan I Made Puja (Bali/AW), oleh awak pesawat.
“Tak ada penganiayaan dan insiden fisik. Tapi, soal ada beberapa anggota Arema meneriaki saya, itu benar. Pelatih Arema berucap: ‘Itu malingnya duduk di depan’. Ini yang membuat saya agak malu dan tersinggung karena banyak orang di dalam pesawat itu. Tapi, saya tak terpancing,” ungkap Najamudin.
Karena alasan keamanan dan kenyamanan penumpang lain, awak kapten pilot dan pramugari menyarankan Najamudin dkk. turun dan terbang dengan pesawat berikutnya.
Najamudin dkk. merasa tersiksa dengan penundaan keberangkatan itu. Ia menyayangkan LO (liaison officer) Persmin. “Kenapa kami ditaruh satu pesawat dengan tim Arema?” tanya Najamudin.
(Penulis: Ary/Budi/Kimmy/Gatot)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | BOLA Edisi No. 1.718, Jumat 27 April 2007 |
Komentar