LI 2007 menjadi titik balik kebangkitan Boaz Solossa (21). Setelah terpuruk setahun terakhir, Boaz kembali buas. Ia menjadi macan kotak penalti lagi.
Menjelang berakhirnya putaran pertama Boaz atau Bochy telah mengoleksi 13 gol alias jadi top scorer sementara. Suami Adelina Solossa itu menjadi satu-satunya striker lokal yang mampu menembus dominasi kesuburan bomber asing.
Konsistensi Boaz diharapkan bertahan hingga akhir musim guna memutus rantai keperkasaan striker asal Persik, Cristian Gonzales, di dua musim terakhir.
Setahun terakhir, akibat performa melempem, adik kandung bek sayap Arema, Ortizan Solossa, ini dihujani kritik. Isu tak sedap soal kebiasaan mengakrabi minuman keras yang berpengaruh pada kedisiplinan menjadi konsumsi publik. Telinga Boaz pun panas. Striker yang jadi bintang di arena Piala Tiger 2004 itu dinilai telah lupa diri.
"Boaz harus introspeksi. Jika dia terus begitu kariernya akan berakhir tragis seperti para pemain asal Papua di masa lalu,” sebut Ronny Pattinasarany, eks pemain timnas.
“Saya rasa wajar jika pemain mengalami penurunan prestasi, terutama saat baru menikah. Saya pun pernah mengalami. Pemain sekelas Boaz pasti bisa comeback, tinggal soal waktu,” ucap Rahmad Darmawan, eks arsitek Persipura yang sekarang melatih Sriwijaya FC.
Dugaan Rahmad benar. Boaz justru menemukan motivasi baru saat dibuang eks pelatih timnas, Peter Withe, setelah Merdeka Games 2006. “Dari sana timbul spirit ingin menjawab kritikan. Saya belum habis!” tegas Boaz berapi-api.
Peran Kolev
Sosok pelatih timnas Ivan Kolev, yang sempat singgah di Tim Mutiara Hitam, juga berperan mendongkrak kepercayaan diri Boaz. “Kolev selalu bilang ke saya jangan pedulikan kata orang. Konsentrasi kamu hanya bermain bagus, mencetak gol-demi gol. Saya pun terlecut,” kata Boaz.
Suntikan moral juga datang dari putri semata wayangnya, Abigael Maria Putri Solossa. “Saya sekarang punya istri dan anak. Kalau karier hancur, mau dikasih makan apa ? ” ucap Boaz.
Bukti nyata dipertontonkan Boaz saat dipanggil kembali membela timnas U-23 saat menjajal Lebanon di Jakarta. Walau kalah 1-2, kehadiran Boaz memberi warna di lini depan.
Sayang kiprah lanjutan Boaz di timnas tersendat. Melihat grafik permainannya yang kian mengkilap, Persipura yang tengah berkonsentrasi di liga enggan melepas sang ikon.
“Seandainya jadwal timnas dan liga tak bertabrakan saya pasti mau membela negara. Saya tak akan menyepelekan Persipura sebab banyak utang budi pada mereka,” sebutnya.
Kepercayaan manajemen Persipura mempertahankan Boaz saat terpuruk dinilai hanya bisa dibayar dengan prestasi.
(Penulis: Ario Yosia)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | BOLA Edisi No. 1.718, Jumat 27 April 2007 |
Komentar