Lokasi Salatiga yang secara geografis berada di antara Semarang dan Solo, membuat keberadaan Satya Wacana ACA LBC Salatiga di IndiHome NBL Indonesia menjadi unik.
Salatiga yang menjadi markas Satya Wacana tak pernah kedatangan kontestan NBL lain alias tak pernah jadi tuan rumah NBL salah satu seri secara resmi. Alasannya, Salatiga dianggap belum memiliki arena basket yang representatif untuk sebuah kompetisi tingkat nasional.
Namun menariknya, keberadaan secara geografis itu justru membuat Satya Wacana seolah jadi tuan rumah di dua kota sekaligus.
Faktanya, Solo, yang berada di sebelah selatan Salatiga didapuk sebagai "kandang" Satya Wacana.
Jarak Solo dengan Salatiga memang tidak terlauh jauh sehingga dianggap seakan jadi markas klub. Penggemar basket di Salatiga, terutama dari kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), bisa menyerbu Solo saat Ragil Respati Pamungkas dkk. berlaga.
Tak hanya itu. Satya Wacana seperti mendapat keberuntungan karena tidak hanya Solo yang diklaim sebagai kandang mereka, melainkan juga Semarang.
Semarang secara tidak langsung jadi rumah berikutnya bagi Satya Wacana. Suporter dari Salatiga maupun Semarang membanjiri GOR Sahabat saat mereka berlaga seperti pada Seri VII NBL Indonesia sekarang.
"Kami seperti diuntungkan dengan ditunjuknya Semarang sebagai salah satu tuan rumah NBL musim ini. Semarang terasa seperti menjadi kandang kami. Banyak suporter Satya Wacana yang memberi dukungan," kata point guard Satya Wacana, Jerry Lolowang.
"Hal lain, sudah lama masyarakat Semarang tidak menyaksikan permainan basket tingkat nasional. Mereka haus dengan tontonan basket profesional. Itulah mengapa GOR selalu penuh. Lihat saja begitu hebohnya Semarang saat pertandingan NBL," tambahnya.
Usai gim, pemain Satya Wacana jadi sasaran penggemar. Semua meminta tanda tangan dan foto bersama.
Menurut Jerry, yang alumnus UKSW jurusan Sistem Informasi itu, suporter yang datang ke Semarang tidak kalah dengan di Solo. Apalagi, jarak tempuh Salatiga ke Semarang makin pendek dengan dibangunnya jalan tol yang menghubungkan dua kota tersebut.
"Bedanya bila ke Solo ada rombongan yang menggunakan bus. Kalau di Semarang lebih banyak perorangan yang membawa mobil pribadi sehingga suporter yang ke Solo memang masih lebih banyak dibandingkan yang ke Semarang,” ungkap Jerry, yang sudah delapan musim bermain untuk Satya Wacana ini.
Kendati merasa mendapat keuntungan, Satya Wacana tetap berharap Salatiga memiliki GOR yang representatif sehingga bisa menggelar salah satu seri dari NBL. Apalagi, Salatiga mulai menjadi gudang pebasket Jateng, tidak hanya atletik.
"Selama ini, Salatiga gudangnya atletik. Tapi kini, Salatiga mulai menunjukkan gudangnya pebasket. Pada PON 2012, Salatiga menyumbang enam pemain untuk tim Jateng. Sayang, Salatiga belum memiliki GOR untuk basket," kata Jerry.
Harapan agar Salatiga memiliki GOR representatif juga disampaikan pelatih Satya Wacana, Efri Meldi. Bila punya GOR di Salatiga, tim Satya Wacana tidak perlu jadi nomaden dan menjadikan kota lain sebagai kandang mereka.
"Kami berlatih di Salatiga, tapi saat menjadi tuan rumah justru Solo yang dipilih. Memang bagus bila Salatiga punya GOR untuk laga NBL. Dukungan dari penonton pasti akan lebih banyak. Namun, harga tiket pertandingan tidak perlu disamakan seperti di Solo atau Semarang. Tentu harganya beda untuk kota kecil seperti Salatiga," ujar Efri.
Kehadiran GOR yang representatif di Salatiga diprediksi bakal kian menggairahkan basket di kota itu. Hanya, mantan pelatih Satya Wacana, Danny Kokasih, mengungkapkan keberadaan GOR akan menjadi sia-sia bila hanya digunakan untuk seri di NBL dan sesudah itu jarang digunakan.
"Untuk saat ini lebih baik menggunakan fasilitas yang ada di Solo atau Semarang. Musim ini, dua kota itu seperti menjadi kandang Satya Wacana. Penonton di Semarang tidak kalah dengan di Solo. Situasi ini lebih baik daripada membangun GOR di Salatiga tapi kemudian mubazir karena hanya setahun sekali digunakan. Satya Wacana pun bisa berpromosi di kota-kota lain," ucap Danny.
Jadi, Solo dan Semarang untuk sementara merupakan kandang Satya Wacana. Tapi, tak ada salahnya bila berdiri GOR yang layak untuk laga basket tingkat nasional di Salatiga. Dengan begitu, Salatiga akan makin komplet jadi gudang olah raga di Jateng, pada khususnya. Tak hanya jadi pusat atletik dan sepak bola dengan makin banyaknya akademi sepak bola sejak PPLP Jateng dipindahkan ke Semarang, tetapi sekarang basket pun kian merasuk di kalangan kaum muda Salatiga.
Editor | : | |
Sumber | : | Bolanews |
Komentar