Performa buruk Liverpool di separuh awal musim ini membuat Manajer Brendan Rodgers sempat sangat khawatir dengan status pekerjaannya. Ia mengaku terbayang bakal mendapat surat pemecatan bila tak membuat perubahan radikal di tim.
Di pekan keenam Premier League, Si Merah hanya mendapatkan tujuh poin dengan menempati posisi 14. Setelah melewati enam pekan, poin Si Merah cuma bertambah tujuh biji.
Di situlah titik nadir Liverpool. Pada pekan tersebut, mereka kalah dari Crystal Palace (23/11) di Selhurst Park dengan skor mencolok, 1-3!
Tak lama berselang, Liverpool gagal lolos dari fase gugur Liga Champion.
“Setelah laga kontra Palace, saya merasa tak peduli betapa besar dukungan buat Anda, baik dari klub atau suporter, tim tak berfungsi dengan baik dan tak bisa berjalan. Anda bisa melihatnya sendiri,” kata Rodgers seperti dikutip The Guardian.
Rodgers menyebut ia berkontemplasi. Dalam perenungannya itu, ia menyadari Liverpool tak punya identitas permainan yang sangat jelas.
“Kami tak bermain seperti tim yang saya bangun dalam dua tahun sebelumnya. Saya harus membuat keputusan radikal,” ujar pria berusia 42 tahun itu.
Bekas pelatih Swansea itu mengubah susunan personel setelah kalah dari Palace. Pemilihan sistem anyar, yang menjadi kunci kebangkitan Liverpool, baru terjadi setelah enam laga berselang.
Rodgers mengubah sistem 4-2-3-1 menjadi 3-4-2-1 ketika bertandang ke Manchester United (14/12). Awalnya transformasi itu berjalan buruk karena Si Merah kalah 0-3.
Namun, setelah itu hingga melawan Manchester City akhir pekan kemarin, Liverpool mencatatkan delapan kemenangan dan tiga hasil imbang.
Editor | : | Anggun Pratama |
Sumber | : | The Guardian |
Komentar