Untuk tahun 2015 ini Kota Payakumbuh akan kembali menggelar kompetisi usia dini pada bulan Maret untuk putaran pertama. Sedangkan untuk putaran kedua akan digelar pada Juli dengan menyesuaikan dengan kurikulum sekolah dasar, dan SMP. Pada prinsipnya bagi IKSSB Kota Payakumbuh, sekolah tetap nomor satu.
"Artinya kami harus menyesuaikan dengan kurikulum sekolah dengan melakukan koordinasi dengan pihak Diknas," ungkap Ketua Ikatan SSB Kota Payakumbuh, Yudi Antomi.
Kota Payakumbuh juga menerima SSB di luar Kota Payakumbuh seperti Bukittinggi, Agam dan Kota atau Kabupaten lainnya dengan syarat yang berbeda. Untuk SSB di luar Kota Payakumbuh, mereka harus membayar registrasi sebesar Rp1 juta per SSB. Sementara SSB yang menjadi anggota IK SSB gratis.
Meski namanya kompetisi SSB, Kota Payakumbuh tak mengenal sistem degradasi dan promosi. Kecuali bagi SSB yang melanggar aturan dan tidak taat aturan organisasi, maka mereka akan didegradasi sebagai sanksinya. Jika sudah memperbaiki apa yang menjadi pokok pelanggaran, tahun berikutnya boleh ambil bagian lagi.
"Kalau SSB di luar Payakumbuh harus taat dengan aturan-aturan yang kami buat. Mereka harus menyesuaikan dengan kami," tambah Tomy.
Di kota yang dijuluki Kota Gelamai itu, terdapat 30 lebih SSB. SSB memiliki lapangan latihan dan pertandingan sendiri kurang dari separuhnya. Untuk kompetisi home and away, mereka harus meminjam lapangan. Kalau sama sekali tak bisa meminjam tidak boleh ikut kompetisi.
Dari kompetisi inilah sejumlah SSB mampu menjadi juara Sumbar, seperti SSB Kota Biru dan SSB Green City, yang keduanya pernah lolos mewakili Sumbar ke final ANDC di Jakarta.
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | Yosrizal |
Komentar