Ahram yang merupakan koran pemerintah, jumlah korban mencapai 30 jiwa.
Aksi kekerasan itu terjadi menjelang pertandingan antara Zamalek dan ENPPI. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Mesir menyalahkan penyebab terjadinya aksi kekerasan itu kepada fan yang tidak memiliki tiket dan mencoba untuk masuk ke stadion tempat berlangsungnya pertandingan.
"Mereka memanjat pagar. Sepuluh orang terluka akibat berdesak-desakan. Pasukan keamanan berusaha membubarkan mereka. Namun, para fan melarikan diri ke jalan utama dan memblokir lalu lintas," kata Kementrian Mereka juga menghentikan bus yang membawa tim Zamalek. Mereka membakar sebuah kendaraan polisi. Kami mendapat laporan korban jiwa karena injak," kata pihak Kemendagri Mesir seperti dikutip dari CNN.
Namun, di laman Facebook kelompok ultras Zamalek yang menamakan dirinya 'White Knights' itu mengatakan bahwa anggotanya terkena gas air mata ketika mereka mencoba untuk pergi dari satu pintu masuk berukuran kecil yang dapat memungkinkan bagi mereka menyaksikkan pertandingan.
Penuntut Umum Mesir dikabarkan telah mengirimkan tim khusus untuk menyelidiki kasus ini. Bahkan seperti yang dikabarkan oleh Al-Ahram, akibat dari kasus kekerasan ini pemimpin negara telah memutuskan untuk menangguhkan pertandingan sepak bola Premier League Mesir tanpa ada batas waktu yang ditentukan.
Kekerasan seperti ini bukan kali pertama terjadi di Mesir. Pada 2012 lalu, sempat terjadi insiden yang lebih parah yang mengakibatkan 70 jiwa tewas dan seribu orang luka-luka di kota Port Said.
Editor | : | Verdi Hendrawan |
Sumber | : | CNN, Al-Ahram |
Komentar