“Jika Tuhan menginginkan kita memainkan sepak bola di udara, Ia pasti telah menempatkan rumput di atas sana,”
Kutipan di atas adalah milik manajer legendaris Inggris, Brian Clough, sosok yang membawa Nottingham Forest menjadi kampiun Piala Champion pada 1979 dan 1980.
Sebuah pemikiran yang revolusioner mengingat kala itu sepak bola Inggris amat lekat dengan gaya kick and rush yang mengandalkan operan-operan panjang. Di era modern seperti sekarang, pakem kick and rush sudah mulai ditinggalkan klub-klub Premier League lantaran dianggap usang dan cenderung monoton.
Filosofi sepak bola menyerang yang bertumpu kepada penguasaan bola serta operan pendek nan rapat lebih dikedepankan kontestan EPL. Studi yang dilakukan oleh Opta menunjukkan bahwa tim yang memainkan strategi operan pendek memiliki tendensi untuk mendapatkan hasil apik di atas lapangan hijau.
Parameter paling gampang tentu adalah raihan poin. Chelsea yang menguasai puncak klasemen dengan koleksi 23 angka, hanya mencatat persentase operan panjang sebesar 10,5 persen dari total 4.697 operan mereka di EPL.
Tim penghuni lima besar lain seperti Southampton (persentase operan panjang 13,3 persen), Manchester City (7,6), dan Arsenal (7,1) juga tak terlalu doyan mengirm bola-bola jauh. Persentase operan panjang ketiga tim tadi tak lebih dari 15 persen.
Gol seolah juga lebih mudah didapatkan oleh tim yang menerapkan filosofi operan pendek. Chelsea, Southampton, Man. City dan Everton (11,5) rata-rata sanggup dua kali menggetarkan jala gawang lawan di setiap laga.
Editor | : | |
Sumber | : | Manchester Evening News, Harian BOLA |
Komentar