SSB di Indonesia telah menjamur dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Namun antusiasme tersebut tak didukung infrastruktur, SDM pelatih, hingga materi latihan yang terintegrasi secara nasional sehingga kurikulum SSB yang ada seantero Tanah Air belum seragam.
Kelemahan ini, di masa datang, akan jadi masalah karena kualitas dan kemampuan individu para pemain muda Indonesia tak merata. Imbasnya, tentu saja mutu timnas di segala kelompok umur jadi korbannya.
Kepala Sekolah SSB Macan Putih Kota Kediri, Ahmad Rudi Hermanto, mengakui kurikulum jadi kendala pembinaan usia dini. Selama ini siswa di SSB ini mengandalkan pengalaman para pelatih yang juga mantan pemain.
“Pengalaman mereka kami kombinasi dengan sumber lain seperti materi dari pembinaan usia dini PSSI dan kepelatihan usia dini saat kursus program youth development. Tapi kami anggap masih belum cukup. Karena ilmu kepelatihan sangat dinamis dan terus berkembang,” tutur Rudi Hermanto.
Jika ingin seragam dan terpadu, lanjut Rudi Hermanto, PSSI sebagai induk organisasi sepak bola Indonesia harus segera merancang program usia dini untuk diterapkan secara nasional.
“Pembinaan usia dini adalah pondasi dasar bagi pemain. Jika kemampuan teknik dasar salah, ini akan terus terbawa hingga dewasa. Apalagi tiap siswa tak memiliki bakat alam yang sama. Sehingga kemajuan penguasaan teknik pun berbeda. Anak yang punya bakat, dia akan mudah menerima ilmu dan menerapkannya dalam latihan. Kemampuan siswa akan terlihat saat mereka tampil di sebuah turnamen,” papar Rudi Hermanto. (Gatot Susetyo)
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | BOLA |
Komentar