benar serius menyusun program latihan bagi para siswa. Kurikulum akademi yang berdomisili di Kota Malang ini mengadopsi materi dari FIFA.
Namun, ada beberapa materi yang disesuaikan dengan kondisi siswa Indonesia.
“Materi utama kami dari youth development FIFA. Tiap pelatih harus menguasai materi tersebut sehingga kemampuan mereka seragam. Ini penting untuk menyamakan kualitas siswa didik. Alhasil, lulusan ASIFA nanti punya nilai jual tinggi karena teknik dan visi bermain mereka lebih unggul dibanding siswa dari SSB lainnya,” kata Izul Kifli, Manajer Operasional ASIFA.
Soal keseriusan tersebut, ASIFA juga merekrut sekitar 20 pelatih yang mayoritas mantan pemain Arema dan Persema. Bahkan di antara mereka pernah jadi pilar timnas Indonesia seperti Aji Santoso (Direktur Teknik) dan I Putu Gede.
“Pelatih kami minimal berlisensi C nasional. Ada juga yang bersertifikat C dan B AFC. Soal lisensi ini sangat penting. Kami mengirim mereka ikut kursus secara berkala untuk meningkatkan kemampuan ilmu melatih. Kami juga memberi kesempatan pelatih ASIFA untuk berkarir di klub lain, terutama klub profesional,” ungkap Izul Kifli.
Soal label internasional, lanjut Izul Kifli, bukan sekadar agar mentereng. Tapi, lembaga ini memang didukung infrastuktur standar AFC, seperti lapangan, asrama, nutrisi, hingga peralatan dan tenaga medis.
“Kata internasional bukan untuk gagah-gagahan. Tapi, kami harus siapkan sarana yang memang jadi pendukung level internasional tersebut. Kami juga kerjasama dengan dua rumah sakit di Malang untuk tes medis dan perawatan siswa. Tapi semua ada konsekuensinya, yakni biaya di ASIFA tergolong mahal untuk orang kebanyakan,” ujarnya. (Gatot Susetyo)
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | BOLA |
Komentar