Kondisi pelatihan dan pembinaan pemain muda yang dilakukan di SSB, boleh dibilang masih belum semuanya memenuhi standar. Program atau kurikulum pelatihan sepak bola yang mereka terapkan untuk siswanya banyak yang belum standar.
“Pengalaman saya dulu saat ingin mendirikan SSB, saya meminta ke direktur pembinaan usia muda di PSSI panduan atau contoh program untuk pemain muda seperti SSB. Sayang sekali, sampai saat ini dan sampai pengurus itu sudah tidak menjabat lagi di PSSI, barang yang saya maksud tidak pernah diberikan. Mungkin malah tidak ada,” ucap Fachry Husaini, pelatih timnas junior.
Tak heran, jika kini kondisi skill dan kemampuan teknis para pemain yang ada di timnas junior sangat beragam dan tidak ada standar yang baku. “Skill seperti bagaimana cara mengumpan, bagaimana cara menerima bola, posisi saat menyerang atau bertahan pada pemain muda kita sangat beragam dan tidak seragam. Kami terpaksa membangun lagi dari awal. Hal seperti ini semestinya sudah tidak perlu lagi dilakukan di timnas, namun kenyataan kami yang harus melakukannya,” ungkap Fachry.
Keluhan Fachry sepertinya mewakili betapa kondisi pembinaan usia muda di Indonesia ini sangat buruk. Untuk sekedar berprestasi, timnas perlu melakukan pelatnas jangka panjang bukan untuk menyatukan cara bermain timnas. Namun sebaliknya, waktu yang ada lebih banyak digunakan untuk memoles skil individu dan kemampuan teknis pemain. “Sungguh ironis sepak bola Indonesia saat ini. Ibaratnya kita selama ini tidak pernah menanam dan pembibitan yang benar, namun mengharapkan hasil panen yang baik, ” kata Fachry Husaini, Pelatih Timnas U-16 dan U-19.
“Pengalaman saya dulu saat ingin mendirikan SSB, saya meminta ke direktur pembinaan usia muda di PSSI panduan atau contoh program untuk pemain muda seperti SSB. Sayang sekali, sampai saat ini dan sampai pengurus itu sudah tidak menjabat lagi di PSSI, barang yang saya maksud tidak pernah diberikan. Mungkin malah tidak ada,” ucap Fachry Husaini, pelatih timnas junior.
Tak heran, jika kini kondisi skill dan kemampuan teknis para pemain yang ada di timnas junior sangat beragam dan tidak ada standar yang baku.
“Skill seperti bagaimana cara mengumpan, bagaimana cara menerima bola, posisi saat menyerang atau bertahan pada pemain muda kita sangat beragam dan tidak seragam. Kami terpaksa membangun lagi dari awal. Hal seperti ini semestinya sudah tidak perlu lagi dilakukan di timnas, namun kenyataan kami yang harus melakukannya,” ungkap Fachry.
Keluhan Fachry sepertinya mewakili betapa kondisi pembinaan usia muda di Indonesia ini sangat buruk. Untuk sekedar berprestasi, timnas perlu melakukan pelatnas jangka panjang bukan untuk menyatukan cara bermain timnas. Namun sebaliknya, waktu yang ada lebih banyak digunakan untuk memoles skil individu dan kemampuan teknis pemain.
“Sungguh ironis sepak bola Indonesia saat ini. Ibaratnya kita selama ini tidak pernah menanam dan pembibitan yang benar, namun mengharapkan hasil panen yang baik, ” kata Fachry Husaini, Pelatih Timnas U-16 dan U-19.
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | BOLA |
Komentar