Di Samarinda, terdapat tiga stadion yang cukup representatif untuk menggelar pertandingan sepak bola. Namun, Pusamania Borneo FC, klub asal ibukota Kalimantan Timur itu lebih memilih Stadion Segiri sebagai home base.
Ada beberapa pertimbangan yang diajukan oleh manajemen PBFC, terkait Stadion Segiri. Salah satunya karena stadion yang dibangun tahun 1960 dan dipugar lagi tahun 2006 itu berada di pusat kota Samarinda. Kondisi itu masih ditambah suporter Pusamania sendiri diperkirakan hanya sekitar 10 ribu orang.
“Jika ditambah penonton umum lainnya, paling banyak ada sekitar 15 ribu orang yang menonton. Jadi Segiri bisa menampung mereka dan tidak perlu menggelar pertandingan di Palaran,” kata Danri Danuri, manajer PBFC. Kondisi stadion yang lebih kecil memungkinkan uang sewa dan pemeliharaannya juga lebih murah dibandingkan Palaran yang cukup besar dan megah.
“Mungkin pada tahun-tahun mendatang jika pusat kota direlokasi ke Palaran dan PBFC juga pindah Stadion Palaran, pendapatan tiket sepertinya akan banyak membantu keuangan tim,” ujar Danri Danuri, Manajer PBFC.
Akses menuju dan dari Segiri pun jauh lebih nyaman dan mudah jika dibandingkan menuju Palaran. “Untuk menuju Palaran di sore hari dibutuhkan perjuangan karena jalanan macet lantaran hanya ada satu jembatan saja di sana. Angkutan umum pun belum terlalu banyak,” kata Danri.
Namun dari segi fasilitas Stadion Palaran yang menjadi venue PON 2008 tentu jauh lebih memadai. Stadion ini juga dikenal sebagai stadion terbesar kedua di Indonesia dengan kapasitas sekitar 65 ribu penonton. Untuk lampu penerangan, stadion tersebut masuk kategori B, sementara Segiri hanya masuk kategori D.
“Soal lampu, bisa saja ditambah. Tapi yang Pusamania nanti tidak selalu bermain malam hari, malah kebanyakan sore. Jadi lampu penerangan saya kira bukan kendala utama,” kata Danri.
Bagi PBFC yang menjadi tim promosi musim ini, Stadion Segiri dianggap sudah lebih dari cukup. Apalagi stadion yang musim lalu menjadi home base Putra Samarinda itu sudah dinyatakan lolos oleh PT Liga Indonesia untuk menjadi tempat pergelaran pertandingan
LSI.
Kondisi stadion yang tidak terlalu besar dianggap lebih ideal untuk memberikan kesan penuh sesak ketika 15 ribu suporter tuan rumah hadir. Lain halnya di Palaran, karena jumlah yang sama hanya mengisi seperempat kapasitasnya.
Namun dari sisi pemasukan tiket penonton, manajemen PBFC memang tak berharap terlalu banyak. Penjualan tiket yang lumayan mahal pun ditengarai tak akan banyak membantu pemasukan tim ini, karena daya tampung Segiri yang tergolong kecil.
Menurut Danri, jika kondisi stadion penuh dengan harga Tiket VVIP Rp200 ribu VIP Rp150 ribu, Ekonomi Rp75 ribu serta khusus suporter Rp35 ribu, maka panpel biasanya akan mendapatkan pemasukan sekitar 600 hingga 700 juta perlaga. Namun jumlah tersebut belumlah cukup untuk menyokong anggaran PBFC yang diperkirakan mencapai Rp20 miliar musim ini. (ary)
Stadion: Segiri, Samarinda
Dibangun: 1860
Renovasi: 2006
Kapasitas: 18 ribu penonton
Tribun utara : 2.700 orang,
Tribun timur: 5.000 orang,
Tribun selatan: 2.700 orang
Tribun barat: 7.600 orang.
Penilaian kondisi stadion
Tribun : C
Tempat duduk : C+
Fasilitas : C
Rumput : C+
Drainase : D
Penerangan : D
Papan Skor : A
Kondisi : C+
Ada beberapa pertimbangan yang diajukan oleh manajemen PBFC, terkait Stadion Segiri. Salah satunya karena stadion yang dibangun tahun 1960 dan dipugar lagi tahun 2006 itu berada di pusat kota Samarinda. Kondisi itu masih ditambah suporter Pusamania sendiri diperkirakan hanya sekitar 10 ribu orang.
“Jika ditambah penonton umum lainnya, paling banyak ada sekitar 15 ribu orang yang menonton. Jadi Segiri bisa menampung mereka dan tidak perlu menggelar pertandingan di Palaran,” kata Danri Danuri, manajer PBFC. Kondisi stadion yang lebih kecil memungkinkan uang sewa dan pemeliharaannya juga lebih murah dibandingkan Palaran yang cukup besar dan megah.
“Mungkin pada tahun-tahun mendatang jika pusat kota direlokasi ke Palaran dan PBFC juga pindah Stadion Palaran, pendapatan tiket sepertinya akan banyak membantu keuangan tim,” ujar Danri Danuri, Manajer PBFC.
Akses menuju dan dari Segiri pun jauh lebih nyaman dan mudah jika dibandingkan menuju Palaran. “Untuk menuju Palaran di sore hari dibutuhkan perjuangan karena jalanan macet lantaran hanya ada satu jembatan saja di sana. Angkutan umum pun belum terlalu banyak,” kata Danri.
Namun dari segi fasilitas Stadion Palaran yang menjadi venue PON 2008 tentu jauh lebih memadai. Stadion ini juga dikenal sebagai stadion terbesar kedua di Indonesia dengan kapasitas sekitar 65 ribu penonton. Untuk lampu penerangan, stadion tersebut masuk kategori B, sementara Segiri hanya masuk kategori D.
“Soal lampu, bisa saja ditambah. Tapi yang Pusamania nanti tidak selalu bermain malam hari, malah kebanyakan sore. Jadi lampu penerangan saya kira bukan kendala utama,” kata Danri.
Bagi PBFC yang menjadi tim promosi musim ini, Stadion Segiri dianggap sudah lebih dari cukup. Apalagi stadion yang musim lalu menjadi home base Putra Samarinda itu sudah dinyatakan lolos oleh PT Liga Indonesia untuk menjadi tempat pergelaran pertandingan LSI.
Kondisi stadion yang tidak terlalu besar dianggap lebih ideal untuk memberikan kesan penuh sesak ketika 15 ribu suporter tuan rumah hadir. Lain halnya di Palaran, karena jumlah yang sama hanya mengisi seperempat kapasitasnya.
Namun dari sisi pemasukan tiket penonton, manajemen PBFC memang tak berharap terlalu banyak. Penjualan tiket yang lumayan mahal pun ditengarai tak akan banyak membantu pemasukan tim ini, karena daya tampung Segiri yang tergolong kecil.
Komentar