kota bersar, lahan atau lapangan yang bisa digunakan untuk sekolah sepak bola jumlahnya minim. Selain itu, sewa lapangan pun tergolong mahal.
Hal ini pula yang menjadi salah satu kendala yang membuat perkembangan SSB mulai menurun. “Tak mudah mengembangkan SSB. Dari 10 SSB di Solo, delapan di antaranya yang masih aktif. Persoalan keuangan menjadi kendala. Selain itu, lapangan sepak bola sangat sedikit. Sewanya pun mahal. Kami akan mengalami kesulitan bila tidak diberi fasilitas lapangan Kadipolo ini,” ujar Khaidir Ramli, kepala SSB Ksatria.
Kahidir Ramli tentu akan senang jika pemerintah kota mau mendukung pertumbuhan SSB dengan menambah jumlah lapangan yang representatif. Pemerintah diharapkan dapat berperan dalam mengembangkan sepak bolagrass root ini.
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | Gonang Susatyo |
Komentar