Eriksson sudah meluncurkan label anggur baru – yang dengan pintarnya dinamai ‘Sven’ – tapi kawanan di bawah ini seharusnya tetap fokus di sepak bola saja...
1. Saville Row? Jelas bukan
Apa cara terbaik yang dilakukan tiga pesepak bola mentereng Chelsea untuk mendapatkan uang? Sederhana. Dirikan saja sebuah perusahaan dengan nama yang terdengar mengerikan seperti GRATERON (gabungan dari nama mereka) lalu jual beberapa baju aneh kebesaran kepada pembeli. Paling tidak begitulah rencana George Graham, Terry Venables, dan Ron ‘Chopper’ Harris, tapi bisnis tekstil mereka mengalami kegagalan total. “Beberapa baju yang kami produksi oke,” tukas Venables. Yang pasti tak sebagus itu, Tel.
2. Petugas kebersihan melayani telepon
“Kalau sesuatu tak berhasil, maka itu memang tak berhasil,” ucap eks kiper filosofis Everton, Neville Southall, pada 2012 setelah ikut mendirikan perusahaan konsultansi via telepon di mana, dengan biaya £99 per jam, si penelepon boleh menanyakan apa pun yang ingin mereka tanyakan soal sepak bola. “Itu soal menyediakan layanan, bukan soal uang,” bela Nev. Kerja bagus, memang, karena dia mengaku setelah empat bulan, dia masih belum menerima satu telepon pun. Mungkin fakta itu tidak membantu membuka matanya karena ketika FFT mencoba untuk mendapatkan jadwal wawancara dengan Nev, kami diberitahukan bahwa kami akan segera disambungkan ke ‘Neville Shilton’...
3. “Ada yang mau pelampung? Siapa saja?!”
Saat Newcastle United enggan membayar gaji penyerang mereka yang hendak hengkang, George Eastham, kecuali ia kembali bergabung dengan mereka, pemberontak yang berkeberatan ini mengambil langkah penuh risiko dengan berhenti bermain selama setahun untuk menjual pelampung bersama seorang temannya di Guildford, Surrey. “Saya cukup menikmatinya,” aku Eastham dengan nada yang tidak meyakinkan, sebelum kembali ke sepak bola ketika The Toon akhirnya menerima tawaran mengecewakan sebesar £47.000 dari Arsenal pada Oktober 1960 untuk aset berharga mereka itu.
4. Tueart, hidup dengan satu pikiran saja
Anda mungkin berpikir bahwa Timur Laut bukan sarangnya fan musik soul, tapi itu tidak menciutkan nyali pemain depan Sunderland, Dennis Tueart, untuk menjalankan bisnis DJ berjalan bersama saudara iparnya Geoff pada akhir 60-an. Dari musik Marvin Gaye ke Stevie Wonder, dan semua yang ada di antara kedua aliran itu, mereka berdua mulai melakukan tur di Timur Jauh dan.... tak menghasilkan uang sepeser pun. “Bagaimanapun, kami menikmati setiap menitnya,” kata DJ Dennis yang cihui.
5. Tak ada pendaftar ramble in the jungle
Sadar bahwa peluangnya menghasilkan uang di sepak bola sangat terbatas karena kinerja buruk tim Zaire di Piala Dunia 1974, bek Boba Lobilo memutuskan menguras tabungannya di bank dan membuka bisnis agen perjalanan. Sekilas itu, bukan ide yang begitu konyol, tapi ia mencoba menjual paket liburan ke Zaire yang berada di bawah pemerintahan presiden Mobutu yang keji, dan yang memiliki tingkat kejahatan memprihatinkan. Bisnisnya tutup setelah empat bulan saja.
6. Seperti mengupas kacang polong, hanya lebih sulit
Sambil berjuang pulih dari cedera lutut parah pada 1963, penyerang Sunderland, Brian Clough, memutuskan tetap membuat dirinya aktif dengan membantu mengelola kios pasar lokal. Masalahnya, Cloughie yang putus asa tidak yakin cara tepat untuk menimbang kacang polong yang sudah dikupas. “Bagaimana cara untuk menjual barang ini?” pekiknya. “Secepat yang bisa kau lakukan, sialan,” bunyi respons langsung tapi tak membantu yang dikeluarkan oleh mitranya sendiri.
7. Masalah ban Kettering
Salah satu karakter paling flamboyan di sepak bola, eks penyerang Wolves, Derek Dougan, adalah kepala eksekutif sepak bola pertama yang memperkenalkan sponsor kaus. Pada 1976, tim Kettering Town tempatnya bekerja mengusung logo ‘Kettering T’ di kaus mereka untuk sebuah laga menghadapi Bath. FA memerintahkan ‘the Doog’ membatalkan ide £1.000 itu, tak yakin dengan pernyataannya kalau simbol T adalah kepanjangan untuk Town, bukan Tyres (Ban). “Birokrasi picik ini sudah sinting,” gerutu pria Ulster ini.
8. Brolin penghibur dingin
Pemain poker, pengusaha mesin penyedot debu, dan pemilik restoran, mantan penyerang Swedia, Tomas Brolin, mengklaim bahwa ia memiliki naluri bisnis yang tajam ketika pensiun dari bermain sepak bola. Pernyataan bisnis paling ganjil yang dikeluarkan eks pemain tambun Parma ini adalah dia dan legenda Eurodance keturunan Swedia-Nigeria, Dr Alban, akan “menggoyang musik modern sampai ke fondasinya”. Untungnya, setelah satu usaha bukan kepalang, setelah peluncuran lagu yang berjudul Friends in Need pada 1999 yang menampilkan sobat sesama orang Swedia, Martin Dahlin dan Bjorn Borg, si pirang yang sangat menarik itu memutuskan tetap menjalankan usaha sedot debu dan bermain kartu.
Editor | : | FourFourTwo Indonesia |
Sumber | : | FFT Indonesia - Edisi Agustus 2014 |
Komentar