Kekerasan yang terjadi di sekitar stadion sepak bola di dua divisi teratas Jerman dikabarkan naik tajam musim 2013/14 ini ketimbang tahun sebelumnya. Kepolisian Jerman menunjukkan data tersebut dalam laporannya.
Sementara perputaran uang dan jumlah penonton juga terus meningkat dalam dua liga teratas, hal itu diikuti pula dengan peningkatan angka kejahatan, yaitu dalam angka penangkapan, kasus yang diadili, serta jumlah korban terluka akibat kekerasan selama pertandingan sepak bola.
Totalnya ada 8.989 fan yang telah ditangkap atau ditahan musim lalu, naik 31 persen dari musim sebelumnya. Laporan tersebut dikeluarkan oleh unit kepolisian Jerman yang bertanggung jawab soal pemantauan olah raga.
Seementara itu, jumlah proses pidana yang dilanjutkan dari insiden di pertandingan juga naik sebesar 21 persen menjadi 7.863 kasus, sedangkan jumlah penonton dan polisi yang terluka naik menjadi 1281, naik dari 788, namun angka ini sebagian lantaran metode survei dilakukan berbeda.
Bila menggunakan metode sebelumnya, angkanya masih naik lebih dari 12 persen.
"Dibandingkan dengan 2012/13, ancaman keamanan atau perilaku kekerasan para penggemar sepak bola telah meningkat di kedua divisi Bundesliga," sebut laporan itu.
Yang juga mengkhawatirkan, kata laporan itu lagi, adalah meningkatnya pengaruh kelompok penggemar ultra klub, meski laporan itu sebagian besar anggota kelompok ultra dilaporkan suka berdamai dan berkomitmen.
Catat lain, ada kenaikan sebesar 1,2 persen pada jumlah penonton yang diperkirakan siap mencari gara-gara sebelum, selama, dan setelah pertandingan. Secara nasional angka totalnya 10.542 individu.
Angka-angka di atas tentu tak bakal menyenangkan para bos klub sepak bola Jerman, yang telah menikmati keuntungan dari hak siar, sponsor, serta kesuksesan prestasi di lapangan yang meningkat beberapa musim terakhir.
Divisi-divisi teratas Bundesliga juga dikabarkan punya rata-rata penonton tertinggi di dunia per pertandingan dengan lebih dari 42.000 penonton pada musim 2013/14.
Editor | : | Suryo Wahono |
Sumber | : | Reuters |
Komentar