0 atas Siprus di laga persahabatan (2/9) dan Malta di Kualifikasi Euro 2016 (9/9).
Meski begitu, Vatreni masih menuai kecaman dari media di negeri mereka. Dua megabintang Kroasia, Luka Modric dan Ivan Rakitic, bermain terlalu bertahan dan malas menyerang.
Modric sesungguhnya sudah memberikan kontribusi nyata. Punggawa Real Madrid itu mencetak satu gol ke jala Malta bulan lalu.
Suara sinis kian ramai ketika diketahui Andrea Pirlo kembali dipanggil timnas Italia untuk menghadapi Azerbaijan (10/10) dan Malta (16/10). Bagi publik di Kroasia, berita itu adalah kabar buruk padahal timnas mereka baru akan bersua Gli Azzurri bulan depan.
Media Kroasia sangat pesimistis dengan peluang anak asuh Niko Kovac lolos ke putaran final Piala Eropa 2016 andai terus bermain bertahan. Awak Kroasia, terutama Modric dan Rakitic, didesak untuk lebih agresif ketika menghadapi Bulgaria, Jumat (10/10) dan Azerbaijan (13/10).
Atas kritik tajam tersebut, Kovac mengeluarkan pembelaan.
"Gaya sepak bola kami mengandalkan permainan kreatif. Rakitic dan Modric adalah Pirlo kami," ucap Kovac, seperti diwartakan Index.
Situs Index salah satu yang kejam mengkritik timnas Kroasia. Mendengar pernyataan sang pembesut, media itu menulis: "Ya, Kovac mungkin merasa punya dua Pirlo. Tapi, dia bukan Antonio Conte."
Kovac tidak menutup mata terkait performa Modric dan Rakitic. "Mereka harus tampil lebih baik lagi karena gaya bermain kami memang membutuhkan kemampuan mereka. Bulgaria adalah tes yang sesungguhnya mengingat kami berstatus tim tamu. Kami harus mengamankan hasil yang bagus," kata pria berumur 42 tahun itu.
Editor | : | Theresia Simanjuntak |
Sumber | : | Harian BOLA (Penulis: Theresia Simanjuntak) |
Komentar