Pembahasan menarik muncul di Manchester Evening News pada Kamis kemarin mengenai dua tim kandidat juara Premier League musim ini. Sejumlah pihak menganggap Manchester City membeli tim untuk meraih gelar. Di lain pihak, Liverpool bukan membeli, tapi membentuk sebuah tim. Apa alasannya?
Jika mengerucutkan periode transfer di lima musim terakhir, akumulasi pengeluaran City untuk merekrut pemain jauh lebih besar dari Liverpool. Selama kurun waktu tersebut, cuma ada satu kejadian pengeluaran Liverpool melebihi Citizens, yakni pada musim lalu.
Reds saat itu menghabiskan duit 59,5 juta pound, melebihi angka 54,5 juta milik City. Keunggulan itu justru berkebalikan dengan posisi mereka di klasemen akhir. City finis di posisi kedua, sedangkan Liverpool ketujuh.
Kondisi musim ini juga menunjukkan pengeluaran besar tak selalu menjamin tim tampil bagus, begitu pula sebaliknya. Mengacu pada hal itu, Liverpool bisa dibilang efisien.
Berbekal pengeluaran 50,2 juta pound alias lebih rendah dari Chelsea (113 juta pound), Tottenham (107), City (102), dan Manchester United (69), Reds melaju sebagai salah satu kandidat juara terdepan.
Meski begitu, filosofi untuk membeli atau membentuk tim tak bisa disalahkan. Faktanya, Liverpool juga butuh mengakuisisi pemain berkualitas demi mendongkrak performa skuat.
Jumlah 309 juta pound yang dikeluarkan Si Merah untuk membeli pemain dalam enam tahun terkini bukan angka sedikit. Kedua tim pun menanti buah efisiensi transfer mereka di akhir musim nanti.
Editor | : | Beri Bagja |
Komentar