Sejak APBD dilarang digunakan untuk membiayai klub profesional, dana dari investor dan sponsor menjadi tumpuan utama bagi mayoritas klub di Tanah Air untuk membiayai kebutuhan mereka.
Namun, masalah sponsor seolah menjadi problem klasik dari musim ke musim karena tidak semua klub bisa menggaet sponsor. Banyak hal yang menjadi pertimbangan calon sponsor untuk merapat ke satu klub.
Ada klub yang tak membutuhkan tenaga ekstra untuk mendatangkan sponsor karena calon sponsor itu justru mendekat. Ada pula yang sulit merangkul sponsor meski sudah berusaha keras. Kasus pertama bisa dilihat di Persib.
Dalam beberapa musim terakhir Persib menjadi kontestan LSI dengan sponsor terbanyak. Musim ini, Maung Bandung disokong setidaknya sembilan sponsor besar. Dana yang masuk dari sponsor itu mampu menutupi sekitar 60-70 persen pengeluaran Persib.
Pavel Prozorov, CEO Octa FX, perusahaan broker internasional yang menjadi salah satu sponsor Persib, mengakui jumlah fan yang fantastis merupakan alasan utama perusahaannya memilih bekerja sama dengan Persib, selain reputasi sebagai salah satu klub besar di Indonesia.
Sebagai salah satu tim ternama di LSI, Persipura tak sulit mendapatkan sponsor. Sesuai pernyataan yang disampaikan Ketua Harian La Siya, Tim Mutiara Hitam musim ini disokong tiga sponsor besar. Salah satunya adalah PT Freeport Indonesia. Perusahaan tambang itu konon menambah kucuran dana ke Persipura dari Rp4 miliar menjadi Rp6 miliar untuk Persipura musim ini.
Sumber: Harian BOLA; Penulis: Abdi Satria, Aning Jati, Budi Kresnadi
Tulisan ini adalah bagian dari "Kampanye BOLA untuk Indonesia - Bangga Sepak Bola Kita"
Editor | : | Editor Eko Widodo |
Komentar