Hanya, sebagai individu, Liliyana Natsir pun menyimpan bara ambisi yang terus menyala. Setelah dua kali juara, bersama Tontowi Ahmad, dia mengaku akan terus merasa lapar untuk meraih gelar demi gelar berikutnya pada kejuaraan yang menyediakan hadiah total 400 ribu dolar AS ini.
“Jangan pernah cepat puas. Saya dan Owi akan terus merasa haus gelar juara. Harapannya bisa juara tiga kali, empat kali, dan seterusnya,” tambah Butet.
Hanya, seperti dikatakan Tontowi Ahmad, turnamen All England adalah turnamen prestisius. Semua pemain mengincar gelar juara. Tak heran, persaingannya demikian ketat.
“Semua pemain pasti ingin menjuarai All England. Saya pun harus mewaspadai semua lawan-lawan sejak babak pertama,” kata Owi.
“Ketemu siapa saja, kami harus selalu waspada. Maklum, All England itu sangat bergengsi. Apalagi, dari segi permainan, lawan-lawan pasti juga telah mempelajari kelebihan dan kekurangan kami. Hanya, kami pun juga mempelajari lawan-lawan. Jadi, tinggal menunggu siapa yang lebih siap saja,” tutur Butet.
Melihat hasil undian yang dirilis panitia, kalau semua berjalan mulus, di semifinal Owi/Butet yang menjadi unggulan kedua bakal bertemu unggulan keempat Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark). Unggulan pertama, Zhang Nan/Zhao Yunlei (Cina), bakal bersua rekannya senegara, Xu Chen/Ma Jin, yang menjadi unggulan ketiga.
Sumber: Harian BOLA; Penulis: Broto Happy
Editor | : | Editor Eko Widodo |
Komentar