Klub PS Mojokerto Putra, yang kini berada di posisi ketiga Grup 6, tidak memiliki persiapan khusus dalam memanfaatkan libur Divisi Utama. “Kami tidak punya beban. Toh kami tidak menargetkan lolos ke LSI,” kata Ayub Busono, manajer PSMP.
Ayub memang hanya menargetkan timnya bertahan di Divisi Utama. Soalnya, mereka merasa belum siap jika harus bermain di kompetisi level teratas di Tanah Air. “Kami tak punya sarana dan prasarana yang memadai, khususnya stadion. Kami tidak mau menjadi klub musafir. Harga yang harus kami bayar sangat mahal jika lolos ke LSI,” sebutnya.
Stadion Gajah Mada, Mojokerto, memang belum memiliki ruang ganti yang memadai. Kondisi ruang-ruang di stadion tak representatif untuk tim LSI. Apalagi, stadion juga tidak memiliki lampu.
Ayub menilai kebutuhan dana yang sangat besar membuatnya berpikir ulang untuk meningkatkan level timnya. Maklum, untuk terjun di kompetisi ini saja, Ayub harus merogoh kocek dalam-dalam meski ia sudah mendapatkan donasi dari rekan-rekan sesama pengusaha di Mojokerto.
Sementara itu, pemerintah Mojokerto selaku pemilik asli klub tidak memberikan dukungan dana sepeser pun. Bahkan terkesan tak ada upaya untuk membantu pengelola klub untuk mencarikan dana operasional tim. Kabupaten Mojokerto hanya meminjamkan mes, dua unit mobil, dan Stadion Gajah Mada.
Editor | : | Eko Widodo |
Sumber | : | Harian BOLA (Penulis: Fahrizal Arnas) |
Komentar