Penyelenggaraan Liga Nusantara di sejumlah daerah bermasalah. Kesiapan Asosiasi Provinsi memutar kompetisi fase penyisihan Liga Nusantara layak dipertanyakan.
Kericuhan meletus di Malang saat penyelenggaraan Liga Nusantara Grup Tengah Jawa Timur pada Minggu (22/6). Perkelahian antarpemain membuat pertandingan antara tuan rumah Persema 1953 melawan Kanjuruhan FC dihentikan di menit ke-70 saat kedudukan 2-0.
Kondisi kapten tim Persema 1953, Achmad Ramadhani, disebut kritis. Sang pemain dilarikan ke UGD RSU Malang karena lehernya diinjak para pemain dan ofisial tim Kanjuruhan FC.
”Kondisinya kritis. Tadi, ia pingsan di lapangan, lalu sempat sadar. Tapi, akhirnya pingsan lagi,” kata dokter Persema 1953, Satriyo Hadi.
Tanda-tanda pertandingan berakhir ricuh sudah terlihat sejak babak pertama. Kedua tim memperlihatkan permainan keras menjurus kasar.
Dua kartu merah sempat diberikan kepada dua pemain Kanjuruhan FC karena melakukan pelanggaran keras. Ketika pemain Persema membalas dengan pelanggaran keras di dekat bangku cadangan Kanjuruhan FC, keributan pun pecah.
”Pertandingan ini dihentikan karena lawan meninggalkan lapangan. Semua fakta akan kami laporkan ke PSSI. Tapi, kami tidak bisa memutuskan hasil pertandingan ini dimenangkan Persema dengan WO atau bisa dilanjutkan,” ujar ketua panpel, Supriyadi.
Domain penuntasan kasus ini berada di area Asprov PSSI Jatim.
Kekacauan penyelenggaraan di Malang sebelumnya juga terjadi di Medan. Pertandingan Medan Soccer vs Gumarang FC pada Rabu (16/6) macet karena wasit mogok bertugas imbas kucuran pembayaran honor oleh Asprov PSSI Sumut tersendat.
Situasi tersebut kian menegaskan bahwa tak mudah mengubah sistem penyelenggaraan kompetisi amatir. Asprov yang diandalkan sebagai corong PSSI untuk memutar penyisihan kompetisi ternyata belum fasih menjalankan tugas baru dengan tanggung jawab yang besar.
Editor | : | Eko Widodo |
Sumber | : | Ario Yosia), Harian BOLA (Penulis: Iwan Setiawan |
Komentar