0.
Sebab, kapten tim Persema 1953 Achmad Ramadhani kondisinya kritis. Pemain bernomor empat tersebut dilarikan ke UGD RSU Malang karena lehernya diinjak para pemain dan official tim Kanjuruhan FC. ”Kondisinya kritis. Tadi pingsan di lapangan, lalu sempat sadar. Tapi akhirnya pingsan lagi,” kata dokter Persema 1953 Satriyo Hadi.
Tanda-tanda pertandingan berakhir ricuh sebenarnya sudah terlihat sejak babak pertama. Kedua tim menunjukan permainan keras menjurus kasar. Setelah Persema 1953 unggul cepat menit ke-12 lewat M. Faruq, tim tamu mulai tidak bisa mengendalikan emosi.
Pemain dan official Kanjuruhan FC merasa wasit yang memimpin pertandingan memihak kepada tuan rumah. Tensi semakin panas ketika Persema menambah keunggulan menit ke-62 lewat Azzam Muharrom.
Dua kartu merah sempat diberikan kepada dua pemain Kanjuruhan FC karena melakukan pelanggaran keras. Ketika pemain Persema membalas dengan pelanggaran keras di dekat banch Kanjuruhan FC, keributan pun pecah.
Pemain cadangan dan official tim tamu berhamburan ke lapangan. Kedua tim terlibat bentrokkan. Setelah dilerai petugas keamanan, justru pemain Kanjuruhan FC memilih meninggalkan stadion. ”Pertandingan ini dihentikan karena lawan meninggalkan lapangan. Semua fakta akan kami laporkan ke PSSI. Tapi kami tidak bisa memutuskan hasil pertandingan ini dimenangkan Persema WO atau bisa dilanjutkan. Yang jelas pasti ada sanksi dari komdis,” ujar ketua panpel Supriyadi.
Editor | : | Iwan Setiawan |
Sumber | : | - |
Komentar