0 atas Blitar United di Stadion Kodam V Brawijaya, Surabaya, Minggu (25/5).
Namun, hasil tersebut dinilai sudah cukup karena tim baru terbentuk dua bulan. Hasilnya, pemain belum menyatu dan tidak memperlihatkan pengertian yang baik di antara mereka sehingga pola main Septian Nugroho dkk. belum tertata.
Sebanyak empat pemain merupakan hasil pembinaan tim Pra-PON Jawa Timur yang sempat memperkuat Perseba di Divisi Tiga musim lalu. Selebihnya ada yang berasal dari pemain cadangan di Perseba dan dipadu dengan pemain anyar.
“Mayoritas pemain masih baru. Jadi, sekarang sedang dalam tahap adaptasi. Pemain baru ini harus menyesuaikan dengan permainan sepak bola modern yang saya terapkan,” ujar Hanafing, pelatih Laga FC.
Ia meyakini anak buahnya bakal mengalami peningkatan. Meski di pertandingan perdana ini permainan tim belum memperlihatkan pola dan karakter, lambat laun para pemain diprediksi bakal mampu menjalankan apa yang diinginkan.
Manajemen Laga FC pun memaklumi kondisi itu. Mereka mengambil kebijakan untuk tidak memberi beban dan tekanan besar pada anak didik Hanafing. Hal itu dilakukan berdasarkan waktu berkumpul yang mereka jalani masih terhitung singkat.
Kemenangan itu menjadi modal berharga bagi Laga FC untuk mewujudkan impian mereka menjadi yang terbaik di Wilayah Barat dan sebagai wakil Jawa Timur di babak regional.
Di kubu Blitar United, pelatih M. Gatot mengakui kekalahan timnya karena kelengahan. “Anak-anak tidak melihat pergerakan pemain lawan saat bola datang, tapi itulah sepak bola, satu kesalahan harus dibayar mahal,” ucap Gatot.
Gatot menyebut ada pelajaran yang bisa dipetik dari pertandingan ini. Minimal, mereka tahu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi tim yang mengandalkan para pemain muda yang menerapkan pola permainan cepat. “Pertandingan ini yang pertama. Saya yakin, kami bisa lebih baik di pertandingan berikut,” ucap Gatot.
Editor | : | Eko Widodo |
Sumber | : | Kukuh Wahyudi), Harian BOLA (Penulis: Fahrizal Arnas |
Komentar