Ditutupnya keran dana hibah APBD membuat klub kasta kedua bekerja keras. Bahkan, di daerah yang memiliki sumber daya alam melimpah sekalipun, klub yang bermarkas di sana belum mapan untuk urusan keuangan.
Contohnya PS Sumbawa Barat (PSSB), yang teritorialnya kaya akan tambang emas. PT Indotan Sumbawa Barat sebagai sponsor resmi yang bisnis eksplorasi emas di Kabupaten Sumbawa Barat belum melaksanakan kewajiban. Gaji pelatih terlambat dua bulan, sementara gaji para pemain diutang sebulan.
“Sponsor PT Indotan Sumbawa Barat hanya mengumbar janji. Saat pertemuan di Jakarta, mereka berjanji 15 Mei semua hak kami dilunasi, tapi sampai sekarang belum ada,” ucap salah satu pemain yang tak mau disebut namanya.
Pelatih Winedy Purwita tak membantah dampak faktor kocek itu. Namun, ia sangat respek dengan Tassio Bako dkk. karena mereka tetap berlatih dan bertanding secara normal.
Bila daerah yang memiliki SDA melimpah saja masih sulit, apalagi klub yang berada di daerah ‘kering’. Banyak klub di Jawa yang harus pontang-panting mencari sponsor seperti Persipur, Persitema, atau Persip. Tim promosi Persenga Nganjuk juga terseok-seok di Grup 5.
Tim polesan Sunardi C. ini wajar menjadi juru kunci. Bila dibandingkan dengan PSSB pun Kabupaten Nganjuk tak ada apa-apanya, karena tak memiliki sumber daya alam melimpah. Di daerah ini juga tak ada perusahaan besar.
Editor | : | Eko Widodo |
Sumber | : | Harian BOLA (Penulis: Gatot Susetyo, Ario Yosia), Wiwiq Prayugi |
Komentar