Untuk pertama kalinya dalam satu dekade ini Rafael Nadal bukan favorit kuat untuk menjadi kampiun pada Prancis Terbuka yang akan dimulai Minggu (25/5). Padahal dalam kurun waktu itu pemain Spanyol itu hanya kalah sekali dan juara delapan kali.
Hasil buruk Nadal pada seri turnamen lapangan tanah liat Eropa adalah dasar kenapa ia tak terlalu dijagokan. Dari empat turnamen yang sudah digelar, ia hanya mampu juara di Master Madrid. Itu pun karena lawannya di final, Kei Nishikori, mundur di tengah pertandingan karena cedera. Sebelumnya, Nadal bisa meraih 2-3 gelar di lapangan tanah liat Eropa sebelum ke Prancis.
Permainan Nadal selama musim turnamen tersebut juga tak menunjukkan dirinya sebagai King of Clay. Ia kandas di perempat final Master Monte Carlo dan Barcelona Terbuka dari dua rekannya, David Ferrer dan Nicolas Almagro. Padahal sebelumnya Almagro tak pernah menang atas Nadal di 10 pertemuan dan Nadal belum pernah kehilangan satu set pun di Barcelona sejak 2008, turnamen yang sudah delapan kali dijuarainya. Sementara itu, kekalahan dari Ferrer adalah yang pertama di lapangan tanah liat sejak 2004. Belum lagi di Master Roma di mana ia hanya sekali dari lima pertandingan bermain tanpa rubber set.
Pasar taruhan menempatkan Nadal dengan angka 5/4. Novak Djokovic, yang tahun ini mengalahkannya di final Master Roma dan Master Miami, diunggulkan 11/8. Ironis memang jika melihat rekor menang kalah Nadal di Roland Garros Paris yang 59-1. Permainannya sepanjang musim turnamen lapangan tanah liat Eropa dinilai lebih mirip seorang pemain medioker daripada seorang raja lapangan tanah liat.
Editor | : | |
Sumber | : | USA Today |
Komentar