Harapan Persebaya bisa memakai Gelora 10 November sebagai markas mereka di putaran kedua Liga Super Indonesia 2014 tampaknya masih bertepuk sebelah tangan. Wali Kota Surabaya, Tri Risma Harini, masih enggan memberikan izin bagi tim berjulukan Bajul Ijo itu untuk menggunakan stadion bersejarah tersebut.
Risma tak berani mengambil risiko karena gesekan di akar rumput suporter masih panas. Mayoritas Bonekmania masih melakukan resistensi pada Tim Bajul Ijo yang berlaga di LSI. Mereka menganggap Persebaya yang sah adalah Persebaya 1927, yang kini tak lagi beraktivitas.
Keputusan Badan Arbitrase Olah Raga Internasional (CAS), yang menolak tuntutan pengakuan legalitas oleh Persebaya 1927, tak membuat penolakan mereda.
“Yang pasti, pihak kami masih melihat terlebih dahulu. Bagaimana nanti jika ada yang protes?” ujar Risma.
Persebaya dipersilakan tetap mempergunakan Stadion Gelora Bung Tomo, yang letaknya di pinggiran kota menjorok ke Sidoarjo.
CEO Persebaya, Gede Widiade, menyayangkan sikap hati-hati Risma. “Sepak bola jangan dicampur-adukkan dengan politik. Apa yang ditakutkan? Stadion Gelora 10 November dan Persebaya, keduanya milik masyarakat Surabaya. Aneh kalau Persebaya dilarang bermain di sana. Beliau mendapatkan tekanan dari pihak-pihak yang tak suka Persebaya maju,” kata Gede.
Sumber: Harian BOLA (Penulis: Fahrizal Arnas)
Editor | : | Eko Widodo |
Sumber | : | Harian BOLA (Penulis: Fahrizal Arnas) |
Komentar