Putih di berbagai ajang antarnegara. Tiap masa dan periode memiliki tingkat kesuksesan sendiri. Di sini FourFourTwo Indonesia memilih 83 serdadu sepak bola Indonesia yang kami anggap terkemuka. Tak ada metode khusus untuk menentukan siapa yang mesti masuk dalam daftar ini. Hanya rasa hormat yang dalam yang jadi landasannya.
(43) Ponirin
Kiper legendaris PSMS ini menjelma jadi penahan penalti andal saat membela klubnya jadi juara Perserikatan dua kali, pada 1983 dan 1985. Kemampuannya menahan penalti yang membuat PSMS unggul dalam adu penalti.
Kemampuan itu ia bawa ke timnas. Saat membela Tim Merah-Putih di Asian Games 1986, kemampuan Ponirin menahan penalti sekali lagi berperan penting bagi timnya. Dua penalti Uni Emirat Arab - satu pada babak kedua, satu lagi dalam adu penalti - ia mentahkan dan Indonesia pun lolos ke semifinal.
Pada 1987, kembali Ponirin menjadi penunggu mulut gawang timnas, kali ini dalam SEA Games 1987. Indonesia meraih emas pertama di ajang multicabang Asia Tenggara ini.
(44) Patar Tambunan; Medan, 11 Juni 1963
Anak keempat dari tujuh bersaudara ini berstatus pendatang baru menjelang laga pertama antara Indonesia (juara grup 3B) melawan Korea Selatan (juara Grup 3A) di Seoul dalam lanjutan Pra-Piala Dunia 1986. Patar bersama Didik Dharmadi dan Noach Maryen adalah pemain-pemain yang tak pernah turun dalam kualifikasi di Grup 3B. Pemain tengah jebolan Garuda ini sudah lebih matang pada SEA Games 1987. Ia tipe pemain lugas serta memiliki tendangan jarak jauh yang bagus.
(45) Toyo Haryono; Medan, 23 September 1971
Di ajang SEA Games 1987, Toyo termasuk salah satu palang pintu sekaligus tembok kokoh di barisan pertahanan timnas. Ia sukses mematikan pergerakan Fandi Achmad kala bersua Singapura di semifinal. Di final, ia kembali tampil lugas guna mengantarkan timnas meraih emas pertama di level SEA Games.
Setelah SEA Games 1987, nama Toyo terus bertahan di skuad Merah-Putih. Ia kembali menjadi bek andalan timnas kala meraih sukses di ajang serupa, empat tahun kemudian atau lebih tepatnya di SEA Games 1991.
bersambung
(Penulis: Achmad Lanang, Martinus Raya Bangun, Majalah Four Four Two Edisi April 2013)
Editor | : | Caesar Sardi |
Sumber | : | Majalah Four Four Two Edisi April 2013 |
Komentar