Sulitnya klub Divisi Utama menggaet sponsor seolah menjadi persoalan klasik karena terus terjadi dari musim ke musim.
Di musim 2014, misalnya, hanya beberapa klub dari total 63 peserta yang berhasil mendatangkan pemasukan melalui sistem sponsorship. Namun, rata-rata dana segar yang masuk dari kerja sama masih belum mampu menutupi pengeluaran klub.
Hal itu bisa dilihat pada salah satu kontestan Grup 8, Yahukimo FC. Tim asal Papua itu memang sukses menggaet Bank Papua yang bersedia mengguyur klub sebesar Rp500 juta. Hanya, angka itu jauh dari estimasi total pengeluaran musim ini yang mencapai Rp4 miliar.
Klub lain punya nasib lebih pahit lantaran tak kunjung sukses mendatangkan sponsor. Klub di golongan ini harus memutar otak mencari solusi mengingat dana subsidi sebesar Rp100 juta tidak bisa lagi diandalkan untuk membiayai aktivitas klub dalam satu musim kompetisi.
Persis Solo, yang di masa pramusim saja sudah menghabiskan dana Rp700-800 juta, memilih menerapkan opsi sistem bapak asuh untuk mengatasi sulitnya sponsor masuk. Saat ini, sudah ada dua pemain yang mendapatkan bapak asuh. Sisanya, sekitar delapan pemain lagi, masih menanti kepedulian para pengusaha lokal Solo dan sekitarnya.
“Bila ada 10 pemain yang memiliki bapak angkat akan membantu meringankan beban manajemen,” kata Totok Supriyanto, Manajer Persis.
Sumber: Harian BOLA; Penulis: Abdi Satria, Gonang Susatyo, Aning Jati
Editor | : | Editor Eko Widodo |
Komentar