Kepergian pelatih Persita, Arcan Iurie, berdampak langsung terhadap Giman Nurjaman sebagai asisten pelatih. Sebelum arsitek anyar didapat manajemen, Giman akan memimpin Maman dkk. dalam melanjutkan persiapan tim menjalani kompetisi. Berikut petikan wawancara Kukuh Wahyudi dan Martinus Raya Bangun dari Harian BOLA dengan Giman terkait kondisi tersebut.
Akibat beberapa kali pergantian pelatih, Anda kerap menjadi pelatih caretaker seperti musim lalu.
Mungkin agak stres (sambil tertawa). Kapasitas saya sebagai asisten pelatih belum bisa 100 persen berperan sebagai pelatih. Bisa menutupi peran pelatih kepala hingga 40 persen saja rasanya sudah bagus. Saya masih butuh banyak waktu lagi untuk belajar sebagai pelatih kepala.
Seperti musim lalu, saya terkadang baru bisa tidur menjelang subuh karena sibuk mengatur program latihan maupun komposisi pemain yang tampil untuk laga keesokan harinya. Namun, kondisi seperti itu memberikan kesempatan bagi saya untuk belajar dari banyak pelatih. Hal itu merupakan sisi positif.
Ada rencana untuk menjadi pelatih kepala?
Semoga saja bisa terjadi. Untuk saat ini masih belum bisa karena saya baru memegang lisensi B nasional. Kalau memang ada kesempatan untuk mengambil lisensi lebih baik, saya berniat mengikuti kursus tersebut.
Namun, untuk kapasitas saya saat ini belum berani memegang jabatan pelatih. Sempat ada yang menawarkan dari tim Divisi Satu dan Divisi Utama, tetapi saya menolak karena merasa belum siap.
Bagaimana melihat peta persaingan di Wilayah Barat?
Saya merasa kualitas permainan tim-tim di Wilayah Barat berada di atas rata-rata. Namun, kami tak gentar untuk menghadapi lawan-lawan di grup neraka itu. Kami berupaya meraih poin semaksimal mungkin pada paruh pertama musim ini agar beban kami di putaran kedua menjadi lebih ringan. Selain itu, kami bisa mempersiapkan diri dalam mencanangkan target yang lebih ideal di putaran kedua.
Sebagai mantan pemain Persita, apa perbedaan di era Anda (2000-an) dengan saat ini?
Jujur, bedanya cukup kentara. Rasanya masih lebih baik di era saya masih menjadi pemain. Mulai dari segi permainan, antusias penonton, maupun kontrak pemain. Soal kontrak, mungkin karena sumber dana kala itu masih bisa disubsidi dari APBD. Sekarang kan tidak lagi sehingga sumber dana Persita hanya terbatas dari satu sponsor.
Sumber: Harian BOLA; Penulis: Kukuh Wahyudi
BOLA UNTUK INDONESIA - #Bangga Sepak Bola Kita
Seri Tulisan BOLA UNTUK INDONESIA - #Bangga Sepak Bola Kita
Persita (1): Tak Ingin Kapal Oleng Ditinggal Nakhoda
Persita (2): Mencari Pelatih yang Cocok dengan Pemain
Persita (3): Kursi Panas Pelatih, Faktor Non Teknis
Persita (4): Musafir, Fatwa Haram untuk Tawuran
Persita (5): Musafir, Stadion Baru Solusi Kandang 2015
Persita (6): Wawancara Giman Nurjaman 'Siap Stres'
Editor | : | Editor Eko Widodo |
Komentar