Situasi tersebut kontras dengan PSIM, yang sangat terlambat persiapannya. Salah satu klub tertua di Indonesia itu baru melakukan persiapan satu bulan.
Seleksi pemain baru dilakukan pada Februari, yang disusul dengan ditunjuknya Seto Nurdiantara sebagai pelatih kepala. Tidak adanya kepastian dari Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, sebagai Ketua Umum PSIM, mengakibatkan proses pembentukan tim terhambat.
“Persiapan tim memang minimalis. Begitu pula kondisi finansial tim. Namun, dengan kondisi yang minimalis, kami ingin meraih target maksimal. Kekuatan kami ada pada kekompakan dan kebersamaan,” tutur Seto.
Selain persiapan tim, materi pemain PSIM dan PSS berbeda jauh. PSS memanfaatkan kuota dua pemain asing dengan mendatangkan Adelmund dan striker Guy Junior. Di pihak Laskar Mataram, tim ini bertumpu pada pemain muda yang sebagian besar baru bergabung.
“Bahkan, pemain lama PSIM kurang dari 50 persen. Kami bertumpu kepada pemain baru yang rata-rata masih muda. Mereka juga produk lokal. Dengan materi seperti ini, kami berharap bisa bertahan di Divisi Utama,” ujar Seto.
Bertahan di kasta kedua menjadi target realistis PSIM. Hal ini yang juga menjadi pembeda dengan rival tetangga. PSS punya hasrat kuat untuk bisa promosi ke LSI, setelah gagal di musim lalu.
Sumber: Harian BOLA; Penulis: Gonang Susatyo
BOLA UNTUK INDONESIA - #Bangga Sepak Bola Kita
Seri Tulisan BOLA UNTUK INDONESIA - #Bangga Sepak Bola Kita
Klub Bola di Yogya(1): Beda Hasrat PSIM dan PSS
Klub Bola di Yogya(2): Sulit Sartono Menjabat Rangkap
Klub Bola di Yogya(3): Kondisi Finansial Minimalis
Klub Bola di Yogya(4): Sponsor Masih Pontang-panting
Klub Bola di Yogya(5): Tanding Kandang Masih Kurang
Klub Bola di Yogya(6): Suporter Kembali Bertemu Sejak 2010
Klub Bola di Yogya(7): Laga Biasa, Bukan Derbi
Klub Bola di Yogya(8): PSIM 10 Tahun, PSS Tahun Lalu
Klub Bola di Yogya(9): Gagal Promosi Kasta Tertinggi
Editor | : | Editor Eko Widodo |
Komentar