tiba mengundurkan diri. Alasannya, dia sudah merasa tidak nyaman.
Padahal, Supardjiono dinilai sukses membangun PSS. Klub dikelola secara profesional dan mandiri sepenuhnya, alias tidak ada dukungan finansial dari pemerintah.
Situasi semakin berlarut-larut karena tidak kunjung ada pengganti Supardjiono sebagai manajer tim. Bahkan, sempat muncul wacana Sartono menjadi pelatih-manajer. Namun, jabatan rangkap itu dinilai terlalu berat dan membebani Sartono.
“Berat bila Sartono menjadi manajer-pelatih. Tugas manajer di sepak bola nasional sangat berat. Dia harus memikirkan nonteknis. Padahal, pelatih pasti berkonsentrasi pada teknis. Saya sudah merasakan bagaimana beratnya menjadi manajer,” ujar mantan Manajer PSS, Henricus Mulyono.
Henricus berharap PSS segera mendapatkan manajer baru. Saat kompetisi tinggal hitungan hari, posisi manajer untuk PSS masih lowong.
“Terus terang, saya menolak merangkap jabatan karena situasi dan kondisi yang tak memungkinkan. Biarkan saya fokus mempersiapkan tim dari sisi teknik saja,” ujar Sartono.
Sartono punya keyakinan PSS punya peluang besar berbicara banyak di kompetisi kasta kedua. Dengan menggelar persiapan sejak jauh hari, Tim Elang Jawa lebih siap saat memasuki gelanggang pertarungan.
Sumber: Harian BOLA; Penulis: Gonang Susatyo
BOLA UNTUK INDONESIA - #Bangga Sepak Bola Kita
Seri Tulisan BOLA UNTUK INDONESIA - #Bangga Sepak Bola Kita
Klub Bola di Yogya(1): Beda Hasrat PSIM dan PSS
Klub Bola di Yogya(2): Sulit Sartono Menjabat Rangkap
Klub Bola di Yogya(3): Kondisi Finansial Minimalis
Klub Bola di Yogya(4): Sponsor Masih Pontang-panting
Klub Bola di Yogya(5): Tanding Kandang Masih Kurang
Klub Bola di Yogya(6): Suporter Kembali Bertemu Sejak 2010
Klub Bola di Yogya(7): Laga Biasa, Bukan Derbi
Klub Bola di Yogya(8): PSIM 10 Tahun, PSS Tahun Lalu
Klub Bola di Yogya(9): Gagal Promosi Kasta Tertinggi
Editor | : | Editor Eko Widodo |
Komentar