Saat ini Persiba Bantul punya basis suporter yang tergabung dalam Paserbumi, berdiri pada 8 Juli 2004, dan dua kelompok suporter baru yang lahir dua tahun lalu, Curva Nord Famiglia (CNF) dan Republik Ultras Fundamental (RUF).
Sejak itu perselisihan antarkelompok suporter kerap terjadi. Hanung menyebut usaha perdamaian sudah dilakukan klub, tetapi selalu mentah.
“Perkara suporter selalu sensitif. Kalangan atas mungkin bisa diajak berdamai, tetapi mengajak akar rumput tidak mudah dilakukan,” ucap pria yang jadi Lurah Paserbumi periode 2010-2013 itu.
Tahun lalu kesepakatan perdamaian sempat tercipta, tetapi akhirnya pecah dalam bentrokan 8 Februari seusai laga melawan Persiram. Satu korban bentrokan meninggal dunia karena koma akibat pukulan di kepala, sementara beberapa korban lain mengalami luka-luka.
Klub saat ini mengaku sudah tidak sanggup mendamaikan kelompok suporter dan meminta pihak ketiga untuk ikut campur tangan sebagai penengah.
“Klub dalam posisi dilematis karena tak ingin kebijakan kami dikatakan tidak adil pada salah satu kelompok tertentu. Kami butuh penengah yang objektif dan tegas. Pihak kepolisian maupun ormas kami undang untuk membantu,” ujar Hanung.
Klub meminta pihak kepolisian ikut mendamaikan, tidak hanya menyodorkan persyaratan lantaran keributan antarsuporter bisa dikategorikan pelanggaran kamtibmas. “Jangan ada pembiaran. Jika tak mau membantu, apa kami harus mengungsi selama satu musim ini?” tanya Hanung.
Sumber: Harian BOLA; Penulis: Gonang Susatyo, Aning Jati
Editor | : | Editor Eko Widodo |
Komentar