Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Inggris, Terburuk Di Antara Sepakbola Britania (4)

By Caesar Sardi - Rabu, 5 Maret 2014 | 17:15 WIB
Tim Inggris yang akhirnya mengecewakan banyak penggemar dengan penampilannya yang buruk. Berdiri dari kiri: Trevor Francis, Peter Shilton, M. Wright, Mike Hateley, C. Waddle, dan Terry Butcher. Jongkok dari kiri: Ken Sansom, Ray Wilkins, Bryan Robson, dan
Dok. Mingguan BOLA
Tim Inggris yang akhirnya mengecewakan banyak penggemar dengan penampilannya yang buruk. Berdiri dari kiri: Trevor Francis, Peter Shilton, M. Wright, Mike Hateley, C. Waddle, dan Terry Butcher. Jongkok dari kiri: Ken Sansom, Ray Wilkins, Bryan Robson, dan

tim lain di grup F. Ia bahkan menganjurkan penonton tidak usah datang ke stadion. "Lihat saja di televisi," katanya seperti dikutip oleh satu-satunya koran berbahasa Inggris di Meksiko, The News.

Ketika tulisan itu diketik, juga belum diketahui bagaimana nasib Irlandia. Setelah seri melawan Aljazair dan kalah dari Spanyol, mereka harus mengalahkan Brasil untuk bisa menpertahakan peluang maju ke putaran kedua. Memang berat, tapi setidaknya Irlandia telah mempertontonkan sepakbola yang lebih menarik dibanding Inggris. Ada variasi serangan, semangatnya lebih terlihat, dan dua gol yang dijaringkan oleh Norman Whiteside dan Colin Clarke atas Aljazair dan Spanyol, cukup berbicara mengenai kemampuan mereka.

Skotlandia, meski tersisih akibat kekalahan dari Denmark dan Jerman Barat, juga lebih menarik dan bermutu dibanding Inggris. Graeme Souness dan kawan-kawannya memang kalah 1-0 dari Denmark, tapi tak berarti mereka lebih buruk. Lebih tepat menyebutnya kurang beruntung, mengingat begitu banyak peluang yang dipetik dan meleset dalam penyelesaian. Atau kalau mau lebih tegas, penyelesaian mereka buruk.

Ya, seperti kekalahan mereka 2-1 dari Jerbar, tapi selebihnya adalah sepakbola Skotlandia yang menggairahkan. Sepakbola yang penuh dengan gerakan-gerakan untuk mengoyak pertahanan lawan. Sepakbola menyerang.

Entah karena sadar akan posisinyasebagai tim dari negeri yang kecil, para pemain Irlandia dan Skotlandia rasanya lebih memiliki motivasi untuk tampil lebih maksimal, dibanding Inggris. Kalau begitu halnya, maka Robson harus belajar pada falsafah Cina "di atas langit masih ada langit".

Tentu, mudah-mudahan Robson dan pasukannya tidak sampai seangkuh itu. Biarlah kita percaya bahwa panasnya udaralah yang membuat mereka goyang, meski Prancis, Uni Soviet, Jerman Barat, dan lebih-lebih Denmark, sudah mampu membuktikan kualitasnya di lapangan yang kurang lebih bertemperatur sama. Setidaknya mereka punya determinasi kuat, dan Inggris tidak.

tamat

(Penulis: Sumohadi Marsis, Mingguan BOLA Edisi No. 120, 13 Juni 1986)


Editor : Caesar Sardi


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X