tim lain di grup F. Ia bahkan menganjurkan penonton tidak usah datang ke stadion. "Lihat saja di televisi," katanya seperti dikutip oleh satu-satunya koran berbahasa Inggris di Meksiko, The News.
Grup F yang terdiri atas Polandia, Portugal, Inggris, dan Maroko kebetulan memang ditempatkan di kota paling utara, Monterey, sekitar 800 km dari kota Meksiko. Karena itu, jumlah penontonnya senantiasa sedikit. Ditambah mutu pertandingan yang tak begitu tinggi. Para wartawan setempat menjulukinya sebagai "grup yang bikin ngantuk".
Julukan itu mungkin paling tepat ditujukan tak lain buat Inggris, negeri asal sepakbola. Sungguh di luar dugaan, tim yang pernah menjadi juara pada 1966 itu dan menampilkan sepakbola menarik pada 1970 di Mkesiko juga, kini tak lebih sebagai tim pupuk bawang. Dari dua pertandingan pertamanya, baru dipetik satu angka, tanpa mencetak satu pun gol. Kalah 1-0 dari Portugal dan seri 0-0 melawan Maroko.
Harapan kita sungguh lain dengan kenyataan yang ditampilkan pasukan Bobby Robson itu. Mereka memiliki jago-jago tembak dan pencetak gol yang mahir dalam kompetisi di Eropa, seperti Gary Lineker (Everton), Mark Hateley (AC Milan), dan Chris Waddle (Totenham Hotspur). Tapi gawang Portugal tak mampu mereka tembus. Maroko pun tak mampu mereka gertak.
Frustrasi
Inggris juga punya setidaknya tiga gelandang yang hebat dalam diri Bryan Robson (Manchester United) yang juga kapten, Glenn Hoddle (Totenham Hotspur), dan Ray Wilkons (AC Milan). Tapi organisasi serangan serangan mereka nampak begitu mudah diobrak-abrik Portugal yang lebih mengandalkan tenaga, dan tak pula bisa berbuat banyak menghadapi Maroko yang defensif dan lebih banyak menunggu.
Barisan pertahanan Inggris yang dipimpin oleh dua Terry (Butcher dan Fenwick) pun bobol oleh sebuah serangan sederhana Portugal. Bodohnya, Carlos Manuel dalam posisi yang begitu bebas, luput tak terjaga di tiang jauh ketika menerima umpan dari kanan, sebelum menembak daerah kosong di luar jangkauan kiper kenamaan Peter Shilton. Serangan blind side yang hebat.
bersambung
(Penulis: Sumohadi Marsis, Mingguan BOLA Edisi No. 120, 13 Juni 1986)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar