Merombak tradisi memang tidak mudah. Sama sulitnya dengan membuat sejarah. Maka, final Piala Dunia 86 di Stadion Azteca Meksiko hari Minggu lalu hanya merupakan lanjutan dari tradisi Piala Dunia sejak 1930: tidak satu pun tim dari benua lain yang mampu merebut gelar di benua Amerika.
Dengan kata lain, Argentina memang lebih pantas memenangkan kejuaraan dunia kali ini. Meski tanpa Daniel Passarella, pertahanan mereka di bawah pimpinan Jose Luis Brown ternyata tetap ampuh, hanya kemasukan lima gol dalam tujuh pertandingan. Bahkan, Brown sendiri mampu mencetak gol untuk membuka kemenangan final hari itu.
Meksiko Yang Lumayan
Kalau ada yang patut disayangkan dari kejuaraan satu bulan sejak 31 Mei ini, pastilah jari kita menunjuk pada perjalanan tim Brasil yang begitu cepat patah. Memang, empat tahun lalu pun mereka gagal di tengah jalan. Tapi, kata Tele Santana kali ini jauh lebih pantas untuk merebut setidaknya salah satu tempat di semi final. Agresif dan produktif, dan pertahanannya pun di tangan penjaga gawang Carlos Roberto tak tertembus sampai berjumpa Prancis di perempat final, dan kemudian kalah adu penalti, cara baru yang diterapkan FIFA untuk menentukan pemenang dalam babak-babak sebelum semi final.
Prancis sendiri adalah sebuah keprihatinan yang lain, seperti ditunjukkan dalam penampilan melawan Jerbar di semi final. Tapi, orang mungkin akan lebih terperangah menerima kenyataan pahit yang dialami Denmark dan Uni Soviet. Membuka kejuaraan begitu perkasa, mereka sama-sama tumbang di putaran kedua oleh kekuatan lain yang kurang diduga.
Dan, kita juga mencatat lagi kegagalan Inggris merebut kembali gelarnya yang pernah mereka nikmati 20 tahun lalu karena terlambat mengembangkan gayanya sendiri dalam perempatfinal, tapi lawannya memang Argentina, sang juara penakluk juara-juara.
Yang mampu menaklukan Argentina hanyalah Meksiko, meski tidak dalam pertandingan, di salah satu spanduk dalam Stadion Azteca Minggu siang lalu tertulis kata-kata "Meksiko, juara moral". Itu memang kalimat yang tepat. Dengan menjadi tuan rumah untuk kedua kalinya dalam 16 tahun, Meksiko kali ini benar-benar memetik keuntungan besar.
Prestasi mereka memang lumayan. Hanya tersisih di perempat final karena kalah adu penalti dengan Jerbar, mereka telah mengangkat sepakbola negerinya ke tingkat yang jauh lebih baik dibanding dua windu sebelumnya. Bukti yang langsung terlihat, Manuel Negrete, Fernando Quirarte, dan Raul Servin, tiga pemain andalannya, telah diikat kontrak oleh klub-klub di Spanyol, mengikuti jejak Hugo Sanchez yang sudah jauh lebih dulu bermain untuk Real Madrid.
(Penulis: Sumohadi Marsis, Mingguan BOLA Edisi No. 123, 4 Juli 1986)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar