sertakan cabang olahraga bulutangkis ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih luas lagi telah membuahkan hasil. Cabang tersebut akan dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992. Lantas bagaimana tanggapan para pemainnya dalam menyongsong pesta olahraga multi event itu? Mengingat selama keikut-sertaan Indonesia di ajang tersebut, belum pernah sekali pun membuahkan hasil medali emas, dan peluang untuk mewujudkannya sangat terbuka di Barcelona. Berikut tanggapan Joko Supriyanto.
"Ikut ke Olimpiade jelas bisa membuat sejarah baru, apalagi kalau sampai dapat emas!" begitu komentar Joko Supriyanto di saat istirahat sehabis menyelesaikan latihan rutinnya sore itu di Senayan.
Walaupun demikian, runner-up Indonesia Terbuka 1989 ini tidak menjadikan saat bersejarah bagi olahraga bulutangkis itu suatu beban bagi dirinya, jika sekiranya ia ikut memperkuat tim nasional.
"Beberapa pemain memang sudah diarahkan ke sana," tambah pemuda kelahiran 6 Oktober 1966 ini.
"Peluang untuk bisa ke sana jelas ada, tapi itu pun dilihat dari kejuaraan-kejuaraan sebelumnya, karena point-nya dilihat dari situ," tuturnya lebih lanjut. "Jadi PBSI harus mengirim sebanyak mungkin pemain-pemainnya ke putaran grand prix atau event lain, karena jelas ini mendukung penilaian. Di samping itu juga bisa menaikkan prestasi kita."
Pemuda yang punya tinggi badan 1,71 m ini, menilai saat ini Indonesia memiliki potensi yang cukup banyak. "Stok pemain cukup banyak, seperti Alan, Ardy, dan lain-Iain," katanya. "Jadi lawan yang perlu saya perhitungkan nanti, ya teman-teman sendiri. Pemain-pemain luar, seperti Yang Yang, itu di tahun 1992 nanti kan sudah berumur 30 tahun, kayaknya sudah mulai menurunlah kekuatannya. Joko sendiri pernah mengalahkan pemain kidal dari Cina itu.
Untuk pemain Eropa, bagi Joko, yang sudah ikut bertanding di kelas dunia sejak tahun 1986 ini, yang mungkin menjadi lawan beratnya adalah Paul Erik Hoyer Larsen dari Denmark.
(Penulis: T.D. Asmadi, Ian Situmorang, Linda Wahjudi, dan Tota Tobing, Mingguan BOLA Edisi No. 306, Minggu Pertama Januari 1990)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar