9 Mei di Stadion 10 November Surabaya, sepertinya merupakan pertandingan antar klub Galatama dan Perserikatan, guna memeriahkan hari jadi kota Surabaya ke 693.
Selama lima hari berturut-turut, tanpa istirahat 6 klub peserta harus berlaga. Mereka dibagi dalam dua kelompok. Pool A terdiri atas Makassar Utama Ujungpandang, Petrogres Gresik, dan tuan rumah Suryanaga. Sedang Pool B diisi oleh Krama Yudha, Tiga Berlian Palembang, Niac Mitra, dan Assyabaab Surabaya.
Makassar Utama yang baru saja tampil sebagai juara Piala Liga II sudah harus tersingkir pada babak penyisihan. Pada pertandingan perdananya Makassar Utama dikalahkan Petrogres Gresik 0-2. Sedang pada hari berikutnya Makassar Utama ditahan Suryanaga 2-2. Petrogres dan Suryanaga yang sebelum itu bermain imbang 0-0 mewakili Pool A.
Adu Penalti
Tiga Berlian masih lumayan. Pada pertandingan pertamanya mereka menang 2-0 atas Assyabaab. Kemudian mereka dikalahkan Niac Mitra 0-1. Tiga Berlian kandas di babak semi final karena dikalahkan melalui adu tendangan penalti 4-3 oleh Petrogres.
Pertandingan semi final itu sempat diperpanjang 2 kali 15 menit. Namun, hasilnya tetap 0-0. Dari Tiga Berlian yang memasukkan bola hanya Herry Kiswanto, Bujang Nasril, dan Jayadi Said. Arief Hidayat, dan A. Rachman gagal. Sedang dari Petrogres 4 pemainnya berhasil masing-masing Ferrel Raymond Hattu, Masiyana, Lutfi, dan Sanusi Rachman. Yang gagal hanya Reno Latupeirissa.
Untuk perebutan tempat ketiga Wayan Diana dan kawan-kawan dari Suryanaga juga harus mengakui keunggulan Krama Yudha Tiga Berlian 0-2.
Pada pertandingan final Niac Mitra kembali membuktikan ketangguhan daya tahannya. Mereka menang 1-0 langsung atas Petrogres. Satu-satunya gol tersebut dicetak oleh pemain belakang Suganda dengan tendangan dari jarak 30 meter.
Hadiah Uang
Untuk kemenangannya itu, Niac Mitra selain mendapat piala tetap dari Walikota Surabaya juga menerima uang Rp 1,5 juta. Petrogres (Gresik) yang menduduki urutan kedua menerima uang sebesar Rp 1 juta dan Krama Yudha Tiga Berlian Rp 750.000.
Mengenai keberhasilan anak-anaknya manajer merangkap pelatih Niac Mitra M. Basri mengemukakan hal itu berkat semangat tinggi dan motivasi para pemain.
"Hanya karena semangat juang yang tanpa kenal lelah serta motivasi untuk mempertahankan piala tersebut di kota Surabaya anak-anak masih mampu menampilkan permainan yang cukup baik," tambahnya.
Pelatih Petrogres Harry Tjong mengakui permainan Niac Mitra lebih baik. Ia tidak terlalu kecewa anak-anak asuhannya hanya menduduki urutan kedua. "Bisa masuk final saja kami sudah mujur," katanya merendah.
Baik pelatih Tiga Berlian Abdul Kadir maupun manajer Makassar Utama Nus Pattinasarani mengakui keberhasilan peremajaan yang dilakukan oleh Niac Mitra. "Tapi jangan lupa. Tim ini sudah mereka bentuk sejak 1983. Jadi untuk membentuk tim yang tangguh diperlukan waktu tahunan, bukan bulanan saja," ujar keduanya.
Pemain Terbaik
Namun, Tiga Berlian masih bisa terhibur karena kapten kesebelasannya Herry Kiswanto terpilih sebagai pemain terbaik. Abdul Khamid, pemain jebolan PSSI Garuda yang kini memperkuat Niac Mitra menjadi pencetak gol terbanyak. Dan ketiga gol Kamid itu justru dicetaknya ke dalam gawang bekas klubnya Assyabaab (Niac Mitra menang 3-0).
Sebagai tim terbaik terpilih Petrogres. Namun apa kriteria pemilihan terbaik-terbaik itu tidak dirinci oleh panitia penyelenggara. Sebab menurut penilaian para penonton justru Yessy Mustamu dari Niac Mitra yang menjadi favorit mereka.
Dalam penentuan pemain dan tim terbaik itu tidak seorang pun wartawan yang ditunjuk menjadj anggota tim pemilih. Hal ini berbeda dengan kejuaraan-kejuaraan yang pernah diadakan sebelumnya di mana para wartawan selalu dilibatkan.
(Penulis: Johnny Budimartono, Mingguan BOLA Edisi No. 117, 23 Mei 1986)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar