Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Walikota Turun Tangan Benahi Persebaya

By Caesar Sardi - Rabu, 19 Februari 2014 | 17:00 WIB
Walikota Surabaya (tengah berpeci) bersama keluarga Persebaya.
Dok. Mingguan BOLA
Walikota Surabaya (tengah berpeci) bersama keluarga Persebaya.

Kemelut di tubuh Persebaya masih terus berlangsung menyusul kegagalan timnya bertahan dalam "6 besar" Divisi Utama PSSI. Dipelopori tiga klub teras kelas utama, Assyabaab, Suryanaga, dan PSAD Bhaskara Jaya, empat perkumpulan menolak untuk mengikuti invitasi yang akan diadakan Persebaya.

Invitasi kelas utama itu semula direncanakan Persebaya untuk menetapkan juaranya sebagai wakil dalam kejuaraan antar klub se-Jawa Timur. Persebaya merencanakan penyelenggaraan invitasi tersebut 2 April sampai 9 Mei.

Klub-klub itu menolak ikut invitasi tersebut karena selain bertentangan dengan AD/ART Persebaya, juga karena penyelenggaraannya dinilai terlalu mendadak. Tiga klub tersebut mengusulkan agar Persebaya menunjuk saja wakilnya untuk mengikuti kejuaraan antar perkumpulan se-Jatim.

Titik Terang

Walaupun Persebaya sudah menyelenggarakan musyawarah anggota, persoalan itu belum juga dapat diselesaikan. Namun, kehadiran Walikota Surabaya selaku Pembina Persebaya pada musyawarah anggota tersebut menimbulkan titik terang. PSAD Bhaskara Jaya dan POPS yang semula tidak bersedia ikut invitasi kemudian menyatakan siap berpartisipasi.

Dengan demikian sudah lima klub yang menyatakan ikut. Tiga yang lain adalah Indonesia Muda, Putra Gelora 79, dan Thor. Sedang Sasana Bhakti (Sakti) seperti halnya Assyabaab dan Suryanaga belum mau memutuskan untuk ikut atau tidak.

Setelah pengurus Persebaya menghadap Walikota dr. Poernomo Kasidi, terpaksa Pembina Persebaya itu turun untuk membenahi Persebaya. Pertama-tama Walikota mengundang ketua-ketua klub untuk bertatap muka. Kemudian Walikota juga memanggil pengurus Persebaya untuk membicarakan masalah itu.

Assyabaab menolak penentuan juara Persebaya melalui invitasi yang berlangsung setengah kompetisi antar 8 klub anggota kelas utama. Mereka menghendaki kompetisi penuh untuk menentukan juara Persebaya. Sebab, dalam AD/ART Persebaya tidak terdapat istilah invitasi untuk menentukan juara.

Setelah pertemuan-pertemuan itu berlangsung, tampaknya terdapat kesepakatan untuk menyelenggarakan kompetisi kelas utama sesudah Lebaran. Selama berlangsungnya kompetisi tersebut para pelatih Persebaya akan memilih pemain-pemain terbaik. Mereka akan disiapkan mengikuti kompetisi Divisi Utama PSSI yang putaran pertamanya direncanakan mulai September mendatang.

Perlu Dibenahi

Walikota Poernomo Kasidi mengemukakan, kekisruhan dalam tubuh Persebaya harus segera diatasi dengan membenahi sistem kepengurusan. Hal tersebut, menurut Pembina Persebaya itu, merupakan salah satu langkah guna meningkatkan prestasi pada masa yang akan datang.

Ia menilai salah satu sebab kegagalan Persebaya dalam kompetisi Divisi Utama yang lalu karena sistem kepengurusannya yang belum baik. Di samping itu, tambahnya, kegagalan Persebaya disebabkan masih adanya oknum-oknum yang menyebabkan terjadinya kekisruhan antara pengurus dan anggota Persebaya.

Menurut Walikota, salah satu sebab tiga klub menolak mengikuti invitasi yang diadakan Persebaya karena terjadi ketidaksesuaian dengan sistem kepengurusan.

Ia mengatakan pula, sistem merupakan kesatuan dari organisasi yang menyangkut keseluruhan. Sedang dalam tubuh organisasi semua sistem yang ada berkait satu sama lain. Jadi seorang ketua tidak boleh menganggap dirinya sebagai pemilik sistem tersebut. Ia pun tidak boleh berada di atas sistem tersebut.

Pembina Persebaya itu mengibaratkan ketua itu sebagai sopir yang mengemudikan kendaraan. Sopir, menurut dia, harus pandai-pandai mengendalikan sistem yang terdapat dalam kendaraan tersebut sesuai dengan fungsinya. Jika tidak, ia dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Dikatakannya pula, sopir tidak bisa membelokkan kemudi kendaraan seenaknya. Tapi, ia harus mengikuti aturan main kendaraan yang dikemudikannya.

Memberikan contoh yang lain tentang sistem yang dianggapnya tidak beres, Poernomo menyebut AD/ART Persebaya. Sistem yang tidak beres itu dikatakannya merupakan subsistem yang kecil sekali namun besar pengaruhnya. Dalam organ kendaraan, subsistem itu diibaratkan pentil. "Meskipun kecil, namun besar peranannya dalam menjalankan roda kendaraan. Jadi kalau rusak ya harus diganti," ujar walikota.

Boikot

Pada kesempatan bertemu dengan wakil-wakil klub anggota Persebaya, walikota Poernomo menandaskan agar mereka menghilangkan penyakit egois. Ia mengharapkan agar di antara mereka jangan ada yang memiiki sifat ke-aku-an. "Salah bila ada di antara kita yang mengucapkan, tanpa aku Persebaya tidak akan berhasil."

Ia minta agar para anggota Persebaya tidak memandang satu atau dua klub, tetapi melihat Persebaya. "Kalau ada yang tidak setuju dengan keputusan Ketua Persebaya janganlah bicara di luar. Bicarakan secara baik-baik dan terbuka," tandasnya.

Pembina Persebaya itu mengemukakan pula, ia tidak senang dengan orang yang suka memboikot. "Kalau tidak senang dengan ketuanya, jangan menghancurkan begitu. Itu tidak ethis," ujarnya.

Ia juga meminta para anggota pengurus Persebaya selalu terbuka untuk menerima kritik. Diharapkannya pula, pengurus terbuka mengeluarkan ganjalan hatinya pada para annggota Persebaya. "Jadi pengurus jangan bergantung pada ke-aku-an, tetapi harus berpijak pada aturan main," sambungnya tandas.

(Penulis: Johnny Budimartono, Mingguan BOLA Edisi No. 111, 11 April 1986)


Editor : Caesar Sardi


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X