tiba dikejutkan dering telepon. "Udo, Real Madrid membutuhkanmu. Anda bersedia, kan?" Gunther Netzer, manajer HSV yang diminta Real Madrid menghubunginya bicara di ujung sana. Namun, jawaban pelatih beken Jerbar ini di luar dugaan. "Maaf, saya sudah terikat dengan Werder Bremen. Kontrak pun akan saya perpanjang sampai 1990," tegasnya di pesawat telepon itu.
Udo Lattek memang tengah laris. Maklum, karirnya sebagai pelatih kelas benua telah terbukti berhasil mengantarkan Bayern Muenchen 5 kali juara Piala Eropa, juga mengantarkan Gladbach 2 kali juara di arena Piala UEFA.
Beberapa hari kemudian, tawaran pun muncul lagi. Kali ini dari Bayern Munchen, klub yang pernah ditanganinya 1969-1974. "Maukah Anda melatih kami lagi?" pinta Profesor Scherer, direkturnya. "Maaf saya tak mau mengecewakan orang-orang Bremen," tolak ayah si mungil Nadja ini.
Tentu saja penolakan Lattek pada klub-klub hebat itu mengundang pendapat macam-macam. "Bukan sombong. Soalnya, bukan uang yang saya cari. Di mana pun saya belum menemui pekerjaan paling ideal kecuali bersama Werder," ujarnya. Gaji Lattek di Werder memang tak seberapa dibanding Real Madrid. Tapi, katanya, di Werder segalanya menyenangkan, manajernya cerdik, anak-anaknya juga kompak. "Penggemarnya pun mengesankan," tambah Lattek.
(Penulis: Indrie HP, Mingguan BOLA Edisi No. 115, 10 Mei 1986)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar