rata muka baru, tak seorang pengurus Makassar Utama yang berani meramal prestasi lebih hebat dari Piala Liga I tahun lalu. Apalagi kelemahan utama di sektor gawang, bisa membahayakan setiap saat.
Namun apa yang sudah diperlihatkan anak-anak yang berkaos Merpati Nusantara Airlines itu, benar-benar di luar dugaan. Tidak hanya tampil dengan prima, Makassar Utama menyentak ke tangga teratas. Menyingkirkan pesaing lainnya, Niac Mitra lewat gol tunggal dari kaki Ruslan dalam pertandingan final di Stadion Utama Senayan, Kamis minggu lalu.
"Ini yang pertama buat kami," kata Donny Patinasarani, yang belum lama aktif kembali setelah meraih gelar insinyurnya di Universitas Hasanuddin. "Begitu lama saya memimpikan ini semua, baru setelah semua baru cita-cita itu tercapai," katanya lagi.
Memang sejak berdiri di penghujung tahun 1979, Makassar Utama yang selalu disebut sebagai kuda hitam, tak pernah meraih satu pun gelar terhormat itu. Meski sejak debutnya, klub milik pengusaba Yusuf Kalla ini, selalu masuk dalam papan atas atau setidaknya enam besar.
"Kasihan teman-teman lainnya," lanjut Donny sambil menghapus peluh yang terus membanjiri wajah dan tubuhnya. "Sekarang tinggal saya dan Karman Kamaluddin saja," ucap adik kandung bekas kapten tim nasional Ronny Patinasarani ini.
Angkatan Ketiga
Tidak hanya para pemain yang sudah berganti, pengurus Makassar Utama pun sudah memasuki angkatan ketiga. Di awal partisipasinya di Galatama Yusuf Kalla langsung aktif. Tetapi dua tahun lalu bertukar dengan Syamsuddin DL. Dan sekarang dipegang oleh angkatan termuda, H. Andi Darussalam Tabusalla.
Sementara dari barisan pemain, dulu di bawah komando Hafid Ali bercokol Johny Ramban, Albert Kaperek, Syamsuddin Umar, Kusnadi Kamaluddin, Rohandi Yusuf, Musdan Latandang, Donny Patinasarani, Karman Kamaluddin, dan banyak pemain lainnya.
Kemudian masuk angkatan Mustari, Ruslan, Sumirtan, dan beberapa pemain lainnya. Terakhir di mana Sumirlan diberi kepercayaan untuk menjadi pusat komando di lapangan, muncul nama dan muka baru seperti Hasril Marwan yang dipanggil Bertje Matulapelwa untuk bergabung dengan tim nasional, Frengky Weno, Maukar Mustari, serta beberapa lainnya.
"Yah, memang kami selalu ingin perubahan. Itu tidak berarti kami melupakan pemain lama tetap semata-mata untuk menyesuaikan diri dengan keadaan," kata Andi Darussalam.
Begitulah langkah kuda hitam yang mampu menyepak lawan-lawannya ini. "Kami pun mengganti pelatih dari Ilyas Hadadde ke tangan Saleh Bahang serta Syamsuddin Umar. Dari mereka kami harapkan banyak perubahan terjadi," katanya lagi.
Lebih Menyerang
Perubahan tersebut memang kelihatan sekali terjadi. Sejak awal, Makassar Utama terkenal sebagai kesebelasan yang hanya memperhatikan segi pertahanan tanpa pola menyerang yang baik. Maka tidak heran jika di tahun 1983, Makassar Utama menjadi satu-satunya kesebelasan yang tidak terkalahkan dalam tujuh pertandingannya.
"Waktu itu konsentrasi memang pada pertahanan," kata Saleh Bahang. "Maka tidak heran kalau Hafid Ali cs selalu menjadi tembok kokoh untuk ditembus. Mereka selalu menyapu setiap lawan yang mencoba memasuki garis benteng mereka. Keras dan tanpa kompromi," katanya lagi.
"Nah sekarang, kami coba kombinasikan dengan pertahanan yang tetap seperti itu, tetapi menambah porsi menyerang. Kami juga punya pemain potensial untuk itu. Paling tidak ada Mustari, Ruslan, dan Maukar Mustari. Kemudian untuk menambah kepercayaan, kami turunkan Karman. Ternyata usaha ini berhasil," tutur bekas kiper PSM ini.
Dalam Turnamen Piala Liga lalu, Makassar Utama memang berubah warna total. Ruslan menjadi pemain paling berbahaya yang selalu mencetak gol. Namun sayang, pelatih nasional Bertje Matulapelwa tidak berminat memanggilnya. Padahal Ruslan sudah membuktikan keunggulannya dalam hal menusuk dan menggetarkan gawang lawan.
Untuk itu, meski baru pertama meroket ke tangga teratas, dengan materi yang demikian, sebenarnya Makassar Utama memang pantas menjadi juara. Mereka mampu mengkoordinir pertahanan dengan baik dan mereka juga mampu membangun serangan dengan tajam. Hasilnya tentu sudah kita ketahui, juara Turnamen Piala Liga II.
(Penulis: Mahfudin Nigara, Mingguan BOLA, Edisi No. 115, 10 Mei 1986)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar